Menangis dan Mohonlah Pada-Nya

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila tak mau berdoa, seakan dapat menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila tak mau berdoa, seakan dapat beribadah tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila jarang berdoa, seakan kekuatan manusiawinya lah yang dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Coba perhatikan hal-hal berikut, niscaya kita akan semangat selalu berdoa kepada Allah Ta’ala atas keperluan dunia dan akhirat kita.

Seorang yang tidak berdoa adalah orang sombong
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).
Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Ta’ala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani).

Seorang yang berdoa adalah orang yang paling dimuliakan oleh Allah ta’ala
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).
Para ulama mengatakan kenapa doa sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan yang lainnya: “Karena di dalam doa terdapat bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada Allah dan menunjukkan kuasanya Allah Ta’ala.”
Allah Ta’ala sangat, sangat, sangat menyukai hamba-Nya merendah diri kepada-Nya dan menunjukkan bahwa hanya Allah Ta’ala satu-satu-Nya Yang Berkuasa, Yang Maha Pengatur, yang Maha Pencipta, tiada sekutu bagi-Nya.
Dengan doa kita melawan, menahan, meringankan bala dan musibah
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يغني حذر من قدر و الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل فيتلقاه الدعاء فيعتلجان إلى يوم القيامة.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sikap kehati-hatian tidak menahan dari takdir, dan doa bermanfaat dari apa yang terjadi (turun) ataupun yang belum terjadi (turun) dan sesungguhnya bala benar-benar akan turun lalu dihadang oleh doa, mereka berdua saling dorong mendorong sampai hari kiamat.” (HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7739).

Seorang yang berdoa tidak pernah rugi
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»
“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya)” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633).

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelasakan tentang ajaibnya doa
“Dan demikian pula doa, sesungguhnya ia adalah salah satu sebab yang paling kuat menahan keburukan, mewujudkan permintaan, akan tetapi berbeda pengaruh doanya, baik karena lemahnya pada doa tersebut yaitu doanya merupakan sesuatu yang tidak dicintai Allah karena di dalamnya terdapat permusuhan, maka doanya seperti busur yang tipis sekali, maka anak panah keluar darinya sangat lemah, atau karena terdapat yang menahan dari pengabulan doa, seperti; makan harta yang haram, perbuatan zhalim, dosa-dosa yang menutupi hati, terlalu lalai, penuh hawa nafsu dan kelalaian. Sebagaimana yang di sebutkan di alam kitab Al Muastdarak akrya Al Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima sebuah doa dari hati yang lalai,” maka (doa seperti) ini adalah doa yang bemanfaat, menghilangkan penyakit akan tetapi lalainya hati terhadap Allah membatalkan kekuatannya dan begitujuga memakan yang haram membatalkan kekuatannya dan mengguranginya. Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam.”
Beliau juga berkata, “Dan doa termasuk obat yang paling manjur, ia adalah musuhnya bala, melawannya, melarang turunya dan mengangkat dan meringankannya jika ia turun, dan ia adalah senjatanya orang beriman. Doa berhadapan dengan bala tiga keadaan;
  1. Do'anya lebih kuat daripada bala maka ia menolaknya.
  2. Do'anya lebih lemah daripada bala, maka akhirnya bala yang menang, dan mengenani hamba akan tetapi terkadang meringankannya jika ia lemah.
  3. Do'a dan bala’ saling berlawanan dan manahan setiap salah satu dari keduanya.”
    Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.
Masihkah kita mau dicap sebagai mahluk yang sombong??? kalau jawabnya tidak, maka marilah kita berdo'a.



Pesimis? No!!! Optimis? Yesss!!!

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir". (QS : Yusuf : 87)
Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan tegarnya halangan merintang.
Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan.
Firman-Nya :
"Tiada yang berputus harapan mengenai rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat". (QS : al-Hijr : 56)
Dan al-Qur'an juga telah menegaskan adanya undang-undang alam (sunatullah) yang tak kan berganti.
Firman-Nya:
"Begitulah hukum Allah yang berlaku terhadap orang-orang yang terdahulu, dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada hukum Allah itu". (QS : al-Ahzab : 56)
Sesungguhnya hari-hari itu beredar diantara manusia, senantiasa berganti dan bertukar, keadaan pun senantiasa berubah. Orang yang kuat tidak selamanya kuat, yang berkuasa tidak selamanya berkuasa, yang lemah tidak selamanya lemah. Keadaan itu akan silih berganti menimpa umat dan bangsa, sebagaimana yang terjadi pada perorangan.
Firman-Nya :
"Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia, karena Allah hendak menunjukkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa pula yang gugur diantaramu yang dapat disebut syuhada'. Namun Allah tiak menyukai orang-orang yang zalim". (QS : Ali Imran : 140).
Hikman Allah pada semua itu ialah hendak menguji orang-orang mukmin, hendak mencoba orang-orang yang benar, hendak membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu dijadikannya yang buruk itu berbaku hantam sesamanya, saling menjatuhkan satu sama lain. Kemudian semua yang buruk itu ditenggelamkan dalam negara jahanam.
Firman-Nya :
"Karena Allah hendak memisakan golongan yang buruk dari golongan yang baik dan meletakkan golongan yang buruk itu diatas yang lain, semuanya bertumpang tindih sesamanya, untuk kemudian dimasukkannya ke dalam neraka jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi". (QS : al-Anfal : 37)
Dan untuk memberi balasan kepada orang-orang yang benar yang konsisten dan komitmen pada kebenaran, diberi-Nya pertolongan dan kemenangan di dunia dan diberinya ganjaran dan ampunan di akhirat.
Firman-Nya :
"Dan akan kami uji kamu sehingga Kami tahu siapa diantara kamu yang berjihad dan siapa yang sabar. Dan Kami akan menguji berita-berita mengenai kamu".(QS : Muhammad :31)
"Apakah kamu kira bahwa kamu masuk surga, sedangkan Allah tiada mengenalorang yang berjihad diantara kamu dan orang yang menunjukkan kesabaran?". (QS : Ali Imran : 142)
"Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk surga tanpa cobaan seperti yang menimpa orang yang sebelum kamu? Malapetaka dan sengsara menimpa mereka, dan hatinya demikian berguncang, sehingga Rasul dan orang yang beriman bersamanya berkata, "Bilakah datang pertolongan Allah? Sungguh pertolongan Allah selalu dekat". (QS : al-Baqarah : 214)
Ya, pertolongan itu begitu dekat manakala keadaan sudah sangat kritis, pandangan sudah layu, da hati terasa hampir lepas.
Firman-Nya :
"Sehingga apabila Rasul-rasul berputus asa dan mengira mereka dianggap pendusta, datangnya kepadanya pertolongan Kami, dan diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Tapi tiada hukuman Kami dapat ditolak dari kaum yang pendusta". (QS : Yusuf : 110).
Ya, hukum Allah ini tidak berbeda dengan yang berlaku kepada umat terdahulu. Betapa banyaknya umat yang asalnya lemah duduk bersimpuh, setelah sekian lama kemudian bangkit. Mereka bergerak setelah sekian lama membeku. Dan betapa banyaknya bangsa ayang asalnya hidup dalam kemewahan, naman karena mengkufuri nikmat Allah, lalu hilang eksistensinya, tidak ada lagi wujudnya. Mereka dihancurkan oleh Allah dengan kelaparan dan ketakutan gara-gara ulah mereka sendiri.
Firman-Nya :
"Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang aman tentram, rizkinya berlimpah ruah dari setiap penjuru, namun penduduknya ingkar akan nikmat Allah, maka Allajh merasakan kepada lapar, dan ketakutan meliputinya sebagai pakaian, disebabkankejahatan mereka lakukan". (QS : An-Nahl : 112)
"Dan betapa banyak Kami binasakan penduduk negeri yang menyombongkan mata pencahariannya.Sekarang tempat-tempat kediaman mereka - sesudah mereka tiada - telah ditinggalkan, kecuali beberapa. Dan Kamilah Pewarisnya". (QS : Al-Qashash : 58)
"Bila Kami bermaksud membinasakan suatu negeri, Kami berikan perintah kepada mereka yang didalamnya hidup mewah (supaya patuh), namun mereka melanggar aturan. Maka sepantasnya berlaku kutukan atas mereka, lalu Kami pun membinasakannya hancur berantakan". (QS : al-Isra' : 16)
"Dan Kami beri keputusan kepada Bani Israel dalam al-Kitab : Dua kali kamu berbuat kerusakan di muka bumi, dan kamu pasti akan merasa sombong di muka bumi dengan kesombongan yang besar. Maka ketika tiba yang pertama dari kedua peringatan, Kami utus kepaamu hamba-hamba Kami yang punya kekuatan dahsyat. Mereka menggeledah bagian-bagian yang paling dalam dari rumah-rumahmu. Dan itu adalah peringatan yang pasti dilaksanakan. Kemudian Kami beri kamu lagi giliran melawan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta kekayaan dan anak-anak,dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar".(QS : al-Isra' : 4-6)
"Sungguh Fir'aun menyombongkan diri dalam negeri dan menjadikan penduduknya terpecah-belah dengan menindas segolongan dari mereka. Ia sembelih putera-putera mereka dan dibiarkannya hidup anak-anak perempuannya. Sungguh ia masuk golongan yang merusak. Kami ingin memberi karunia kepada mereka yang tertindas dimuka bumi, menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan pewaris-pewaris,dan Kami teguhkan mreka diatas bumi. Dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Hamam berserta tentaranya apa yang mereka kuatirkan dari mereka itu". (QS : al-Qashash : 4-6)
Al-Qur'an sebagai firman Allah ini, menegaskan bahwa Allah akan memberikan bantuan kepada orang-orang yang sabar yang tidak pernah dihinggapi rasa pesimis dan putus harapan bahwasanya mereka akan memperoleh kekuatan karena rahmat dan kekuasaan Allah. Suatu kekuatan yang melebihi kekuatan semua makhluk.Suatu kekuatan yang tak dapat dicapai oleh usaha manusia semata-mata,dan .. tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
Firman-Nya :
"Mereka yang kepadanya orang berkata : "Orang-orang telah berkumpul akan melawan kamu, maka takutilah mereka!" Tapi mereka bertambah imannya karenanya, dan mereka berkata, "Allah cukup bagi kami, dan Ia lah sebaik-baik pengatur segara urusan". Dan mereka pun kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Tiada bencana menyentuhnya, karena mereka mengikuti keridhaan Allah.Dan Allah pemiliki karunia yang tiada tepermanai. Itu hanyalah syetan menakuti-nakuti dengan kawan-kawannya. Maka janganlah kamu takut kepadanya, tapi takutlah kepada-Ku, jika kamu beriman".(QS : Ali Imran : 173-175)
"Dua orang laki-laki diantara orang yang taqwa, yang beroleh karunia dari Allah, berkata, "Masuklah kamu menemui mereka melalui pintu gerbang. Jika kamu telah masuk ke dalam, pastilah kamu menang. Tawakallah kepaa Allah,jika kamu orang beriman". (QS : Al-Maidah : 23)
Kadang-kadang tidak terlintas hati orang-orang mukmin yang sabar itu bahwa mereka akan dapat mencapai hal ini dengan begitu muah, atau akan terwujud apa yang mereka cita-citakandan mereka harapkan. Memang Allah Yang Mahaluhur mendekatkan kepada mereka apa-apa yang jauh, memudahkan apa yang sukar, dan menyempurnakan pertolongan kepada mereka tanpa mereka duga sebelumnya.
Firman-Nya :
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafirdari kalangan ahli kitab dari rumah mereka sendiri pada waktu pengusiran pertama kali. Tiada kamu sangka mereka akan keluar, dan mereka menyangka dapat bertahan dalam benteng-bentengnya terhadap Allah. Lalu hukuman Allah datang kepada mereka dari tempat yang tiada mereka sangka. Dan Ia lontarkan ketakutan dalam hati mereka. Mereka hancurkan rumah-rumah mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan tangan-tangan orang beriman. Maka ambillah ini sebagai pelajaran,wahai orang-orang yang punya pandangan tajam! Sekiranya Allah tiada menentukan pengusiran bagi mereka, tentulah Ia telah siksa mereka di dunia, sedang di akhirat mereka pasti mendapat siksaan api neraka". (QS : al-Hasyr : 2-3).
"Dan Allah menghalau orang-orang kafir yang penuh kemarahan, sehingga mereka tiada memperoleh keuntungan. Dan cukuplah Allah bagi orang-orang mukmin dalam perangnya. Allah Mahakuat, Maha Perkasa.Ia turunkan  orang-orang ahli kitab yang menolong mereka dari benteng-bentengnya, dan Ia masukkan ketakutan dalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebagian lagi kamu tawan. Dan Ia jadikan kamu pewaris tanah-tanah,rumah-rumah,harta henda mereka,dan tanah yang belum pernah kamu injak sebelumnya. Allah berkuasa atas segala se suatu". (QS : al-Ahzab : 25-27)
Maka, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Kitab al-Qur'an yang mulia ini, apakah pantas anda mengatakan, "Apakah yang akan kita perbuat? Padahal kita hanyalah kaum yang lemah sedangkan mereka adalah bangsa yang kuat?".
Apakah dapat dikatakan sebagai sikap yang baik, jika salah seorang dari kalian surut ke belakang?Padahal dalam  hatinya terdapat rasa optimisme yang besar dan dibelakangnya ada pertolongan yang akan menguatkan barisan perjuangannya ..?



Wake Up...!!! Be The Best...!!!

Manusia adalah wujud dari kemahasempurnaan Allah SWT yang menciptakan (al-Khaliq), yang mengadakan (al-Bari'), dan yang membentuk rupa (al-Mushawwir). Di samping kesempurnaan jasmani dan rohani, kapasitas intelektual adalah alasan penting mengapa manusia dipilih untuk menerima amanah sebagai khalifah di muka bumi.

Kesempurnaan manusia adalah pada kemampuannya berpikir, menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan, memanfaatkan fakultas-fakultas yang dimilikinya, yaitu as-samu (pendengaran), al-bashar (penglihatan), dan al-fuad (hati).

Menuntut ilmu adalah tugas pertama dan utama seorang anak manusia. Allah SWT telah mengajarkan nama-nama benda kepada Adam AS pada awal penciptaan sebagai landasan bagi penguasaan ilmu pengetahuan. (QS al-Baqarah [2]:31).

Perintah membaca (iqra) dan menulis dengan pena (al-qalam) juga merupakan perintah pertama dari risalah kenabian. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah perintah membaca dan menulis. (QS al-Alaq [96]:1-5).

Belajar, mencari, menguasai, dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah tugas yang pertama dan utama dari umat Muhammad SAW. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat memakmurkan bumi dan mencegahnya dari kerusakan.

Di samping sebagai hamba dan wakil Allah SWT di muka bumi, umat Islam adalah umat terbaik (khaira ummah) karena mereka senantiasa memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah SWT. (QS Ali Imran [3]:110).

Untuk dapat memelihara eksistensi dan kehormatannya sebagai umat yang terbaik, khaira ummah, the best nation of peoples for the people, umat Islam perlu terus-menerus belajar, beriman, dan beramal menyampaikan pesan-pesan Islam dengan contoh dan perbuatan serta tetap bersabar di dalam melaksanakannya. Pengetahuan yang mencerdaskan sekaligus mencerahkan tersebut diperoleh dengan menjelajahi dan mendalami ayat-ayat Allah SWT (the Spoken Verses) dan tanda-tanda di dalam ciptaan-Nya (the Creation Verses).

Kemampuannya untuk menggunakan hati (zikir) dan nalar (pikir) di dalam menjelajahi tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah ciri utama dari seorang Muslim cendekia (ulul albab, men of understanding). Itu sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, pengikut, dan pewaris terbaiknya. (QS Ali Imran [3]: 190-191).

Mengenai turunnya ayat ini, Abdullah Ibnu Umar RA menceritakan, dari Ummul Mu'minin Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW berdiri di dalam shalat malamnya dan menangis hingga janggutnya menjadi basah. Beliau menangis hingga air matanya membasahi lantai. Beliau kemudian berbaring dan bertumpu pada bagian sisinya seraya menangis.

Ketika Bilal datang untuk mengingatkan waktu shalat Subuh, dia berkata, "Ya Rasulullah, apa gerangan yang membuatmu menangis, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan akan datang.” Beliau SAW berkata, "Ya Bilal, apa yang dapat menghalangi tangisku, ketika malam ini, ayat ini (QS Ali Imran [3]:190), diturunkan kepadaku. Celaka orang yang membaca ayat ini, tetapi tidak merenungkannya.





Awas Virus Pemakan Amal...!!!

Sungguh beruntung dan mulia seseorang yang diberikan kelebihan harta, lalu mengeluarkan sebagian hartanya tersebut di jalan Allah (fi sabilillah) dengan penuh ketaatan. Dan, sungguh akan rugi dan hina orang yang memiliki kelebihan harta ketika hartanya tersebut hanya digunakan untuk bermegah-megah sehingga ia menjadi lalai dari ketaatan kepada Allah SWT.

Banyak di antara kita yang sadar terhadap pentingnya berinfak dan bersedekah, tetapi terkadang tidak sadar kalau kualitas ibadah infak tersebut menjadi rusak akibat perbuatan kita sendiri. Dalam Alquran banyak ayat yang menjelaskan tentang virus-virus yang merusak amal ibdah, termasuk infak atau sedekah seseorang.

Pertama, karena mengungkit-ungkit sedekah yang telah diberikan (manna) serta  merendahkan dan menyakiti hati orang yang menerima pemberian tersebut (adza). Perbuatan seperti ini adalah virus yang mengakibatkan ibadah infak menjadi sia-sia, yakni tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang diinfakkannya.

Amal yang demikian diibaratkan Alquran seperti debu di atas batu besar yang licin, kemudian ditimpa hujan lebat sehingga debu-debu itu menjadi sirna dan tinggallah batu itu menjadi bersih. (QS al-Baqarah [2]:264).

Kedua, berinfak karena riya, yaitu pamer dan ingin dipuji oleh orang lain. Termasuk gejala virus ini adalah seseorang yang berinfak atau bersedekah dengan tujuan mendapatkan suara untuk kepentingan politiknya, bukan karena mencari keridaan Allah SWT. Perumpamaan infak seperti ini sama dengan perumpamaan di atas. Pahala dan ganjarannya luput.

Ketiga, menginfakkan atau memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, tapi harta atau barang yang diberikan yang paling jelek. Sedangkan, harta yang bagus justru disimpan untuk keperluan sendiri. Islam memerintahkan kepada umatnya supaya berinfak dengan harta yang paling bagus dan melarang memberikan sesuatu sebagai sedekah dengan harta yang paling buruk dan jelek.

“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya dan Maha Terpuji.” (QS al-Baqarah [2]:267).

Berkaitan dengan sebab-sebab turunnya ayat tersebut, Sahal bin Hanif mengatakan, “Orang-orang terbiasa memisahkan hasil perkebunannya yang tidak berkualitas, lalu mereka mengeluarkannya sebagai ibadah sedekah. Karena itulah, Allah menurunkan ayat di atas.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, dan Hakim).

Dari penjelasan di atas, mudah-mudahan kita semua terhindar dari jenis-jenis virus tersebut. Dengan demikian, infak dan sedekah yang dikerjakan selama di dunia ini diterima di sisi Allah SWT serta mendatangkan banyak manfaat dan keutamaan bagi diri kita dan orang lain.





Manakala Hati Ini Telah Mati

Hati adalah tempat mangkalnya berbagai perasaan, tumbuh kembang antara kebaikan dan keburukan. Hati juga menjadi sumber ilham dan permasalahan, tempat lahirnya cinta dan kebencian, serta muara bagi keimanan dan kekufuran.

Hati juga sumber kebahagiaan jika sang pemiliknya mampu membersihkan berbagai kotorannya yang berserakan, namun sebaliknya ia merupakan sumber bencana jika sang
empunya gemar mengotorinya.

Hati yang kotor hanya akan menyebabkan kapasitas ruangnya menjadi pengap, sumpek, gelap, dan bahkan mati. Jika sudah mati seluruh komponen juga akan turut mati. Dalam makna yang sama, Abu Hurairah RA berkata, “Hati ibarat panglima, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika panglima itu baik maka akan baik pulalah tentaranya. Jika raja itu buruk maka akan buruk pula tentaranya.”

Pada akhirnya kita bisa mengenali dalam keadaan apa hati seseorang itu mati. Di antaranya adalah pertama, taarikush shalah, meninggalkan shalat dengan tanpa uzur atau tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syar’i. (QS Maryam [19]: 59).

Imbas dari seringnya meninggalkan shalat adalah kebiasaan memperturutkan hawa nafsu. Dan, kalau sudah demikian, dia akan menabung banyak kemaksiatan dan dosa. Ibnu Mas’ud menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut dengan sebuah aliran sungai di Jahanam (neraka) yang makanannya sangat menjijikkan. Bahkan, tempatnya sangat dalam dan diperuntukkan bagi mereka yang membiarkan dirinya larut dalam kemaksiatan.

Kedua, adz-dzanbu bil farhi, melakukan kemaksiatan dan dosa dengan bangga. Alih-alih merasa berdosa dan menyesal, justru si pemilik hati yang mati, ia teramat menikmati kemaksiatan dan dosanya. (QS al-A’raf [7]: 3).

Ketiga, karhul Qur'an, benci pada Alquran. Seorang Muslim, jelas memiliki pedoman yang menyelamatkan, yaitu Alquran. Tapi, justru ia enggan berpedoman dan mencari selamat dengan kitab yang menjadi mukjizat penuntun sepanjang zaman ini. Bahkan, ia membencinya dan tidak senang terhadap orang atau sekelompok orang yang berkhidmat dan bercita-cita luhur dengan Alquran.

Keempat, hubbul ma'asyi, gemar bermaksiat dan mencintai kemaksiatan. Nafsu yang diperturutkan akan mengantarkan mata hatinya tertutup, sehingga susah mengakses cahaya Ilahi. Sehingga, ia lebih senang maksiat daripada ibadah.

Kelima, asikhru, sibuk hanya mempergunjing dan buruk sangka serta merasa dirinya selalu lebih suci. Keenam, ghodbul ulamai, sangat benci dengan nasihat baik dan fatwa-fatwa ulama. Berikutnya, qolbul hajari, tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, alam kubur, dan akhirat.

Selanjutnya, himmatuhul bathni, gila dunia bahkan tidak peduli halal haram yang penting kaya. Anaaniyyun, masa bodoh terhadap keadaan dan urusan orang lain. Keluarganya menderita, dia tetap saja cuek. Al-intiqoom, pendendam hebat, al-bukhlu, sangat pelit, ghodhbaanun, cepat marah, angkuh, dan pendengki. Na’udzubillah. Semoga kita semua dijaga dari hati yang mati.





Kehormatan Seorang Muslim

Alkisah, Abu Jandal bin Suhail seusai penandatanganan perjanjian yang bersejarah itu ingin bergabung dan masuk Islam. Ayahnya, Suhail, yang juga menjadi perunding wakil kafir Quraisy, mencegah keras dan menyiksanya. Kaum Muslimin iba menyaksikannya, seraya memohon agar Nabi berkenan menerima anak Suhail itu. Nabi dengan santun menolaknya seraya menyuruh para sahabat membiarkan pemuda heroik itu kembali lagi ke Makkah.

Nabi Muhammad dan kaum Muslimin saat itu terikat oleh perjanjian Hudaibiyah yang harus ditepati meski beberapa poin secara lahiriah terasa merugikan. Antara lain, siapa pun warga Quraisy yang ingin bergabung dengan Muhammad di Madinah harus dikembalikan ke Makkah. Sebaliknya, siapa pun warga Madinah yang bergabung ke Quraisy harus diizinkan dan tidak boleh dikembalikan.

Abu Jandal mengiba, mengapa dia dikembalikan kepada kaum Quraisy, padahal sudah menderita dan sungguh-sungguh ingin bergabung ke Madinah. Nabi tetap mencegahnya. “Abu Jandal, tabahkan hatimu. Kita terikat perjanjian dan tidak akan mengkhianati. Sesungguhnya orang yang meninggalkan kita untuk pergi kepada mereka (Quraisy Makkah) akan dijauhkan dari rahmat Allah. Sebaliknya, barang siapa yang datang kepada kita dan kita mengembalikan kepada mereka, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya.”

Al-Fata wa al-Wafa
Nabi mengajarkan sikap utama ialah menepati janji dan apa pun yang sudah menjadi ikatan dalam bermuamalah meski dengan pihak kafir sekalipun. Itulah watak al-fata(kesatriaan) dan alwafa( kesetiaan) yang menjadi ciri kehormatan diri setiap Muslim. Jangankan untuk transaksi yang sama-sama menguntungkan, bahkan untuk ikatan yang terasa merugikan. Inilah mutiara ihsan yang diteladankan Rasulullah bagi umat nya, bagaimana hidup dalam kemuliaan diri.

Generasi Muslim wajib diajarkan makna kehormatan atau kemuliaan diri agar menjadi kesatria dan tidak menjadi “pemulung” da lam kehidupan. Sejarah mencatat kesatriaan ashab al-kahfi dalam menghadapi kezaliman penguasa. Allah melukis kan sifat “al-fata” ( fityat) pada mereka. “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka ada lah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk me reka petunjuk.” (QS al-Kahfi: 13).

Nabi Ibrahim sewaktu muda juga memiliki sifat al-fata(kesatria) ketika menghancurkan ber hala-berhala. “Mereka berkata, kami dengar ada seorang pemu da yang mencela berhala-ber hala ini yang bernama Ibrahim.” (QS al-Anbiya: 60). Menurut Qu s yairi, berhala bukan sekadar lam bang kemusyrikan kepada Tuhan, melainkan pemberhalaan ego oleh manusia yang menjadikan hawa-nafsu sebagai tuhan. Termasuk berhala jabatan, uang, dan kepentingan serbaduniawi yang sering meluruhkan etika dan akal sehat.

Etika Islam mengajarkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur, termasuk setia pada janji betapa pun pahit. Itulah al-wafa, yakni komitmen pada tanggung jawab dan ikatan janji, baik tertulis maupun tidak tertulis, sebagaimana diajarkan Nabi dalam peranjian Hudaibiyah. Jangan kan ditagih, ketika tidak ditagih pun manakala berjanji menjadi keniscayaan etik untuk me me nuhinya, berat maupun ringan. Itulah harga yang harus dibayar dari sebuah ikatan dengan sesama sebagai wujud kemuliaan diri, yang melampaui transaksitransaksi verbal dalam relasi antarmanusia terhormat.

Abu Dzar al-Ghifari pernah menjadi penjamin atas pemuda yang hendak dihukum mati, padahal dia tak mengenalnya. Sahabat Nabi yang zuhud itu hanya ingin menunjukkan kemuliaan Islam dalam perilaku. Namun, pemuda terpidana itu pun berji a kesatria dan setia menepati jan ji sehingga dia kembali tepat waktu untuk dieksekusi. Abu Dzar dan pemuda Badui itu sama-sama meyakini, “Orang beriman harus selalu menepati ucapannya.” Sekali ikrar dilahirkan tak boleh surut ke belakang, itulah kehormatan setiap Muslim.

Ketika orang-orang beriman kehilangan kesatriaan dan kesetiaan pada amanah, janji, kontrak, transaksi, dan nilai-nilai utama, kepada siapa lagi publik harus percaya? Tatkala orang-orang Is lam tak lagi dapat dipercaya, luruhlah kehormatan dan kemuliaan dirinya selaku umat beriman.

Orang lain akan mencibir, ternyata Islam hanya indah dalam re orika dan klaim suci, tapi praktiknya jauh panggang dari api. Atribut luar serbabertakwa, tapi ringkih etika. Kaya lisan, tetapi miskin perbuatan. Keber imanan yang fitri ditukar dengan sifat nifak yang dicirikan kata tak sejalan tindakan, janji tak ditepati, dan amanah dikhianati.

Mozaik etik
Hidup Muslim bukan sekadar urusan menang dan sukses, me lainkan kekayaan etik. Kesatriaan dan kesetiaan pada nilai-nilai kebajikan, seperti amanah, janji, tanggung jawab, dan idealisme adalah mozaik etik yang tidak kalah penting dan memberi ba nyak makna terindah. Jika hu kum memberi kepastian dan poli tik memberi jalan capaian kepentingan, etika membingkai ma nusia untuk melakukan pi lihan-pilihan baik-buruk atau pantas-tidak pantas yang mem buat manusia menjadi beradab.

Perbedaan kontras manusia daripada makhluk Tuhan lainnya justru terletak pada kesadaran etik, selain kesadaran nalar. Nilai kesatriaan dan kesetiaan bagi setiap Muslim sungguh merupakan kekayaan ruhani yang terpantul dalam sikap dan tindakan yang berani menjunjung tinggi kebenaran di atas lainnya meski harus mengorbankan jiwa dan permata dunia.

Pantulannya tecermin dalam kata sejalan tindakan. Orang Jepang mempraktikkan hidup samurai, demikian pula bangsabangsa lain yang memiliki ka rak ter sebagai kesatria. Jika sa lah, berani mundur meskipun tak diminta. Bila ingkar janji, berani ambil risiko sendiri meski harus kehilangan jabatan dan lumbung uang. Bukan karakter pemulung takhta dan harta dengan membenamkan kehormatan diri.

Jika warga dan elite bangsa di seluruh penjuru bumi memiliki sifat al-fata wa al-wafa, akan damai, makmur, dan adil setiap negeri. Hukum, politik, dan berbagai transaksi apa pun tidak akan diakali dan dimanipulasi ka rena pelakunya tepercaya.

Sebaik apa pun sistem manakala manusianya culas dan tak memiliki kehormatan diri, semua hal dapat diperjualbelikan dan diselewengkan. Uang, kekuasaan, dan hal-hal yang serbaduniawi sering kali menggerus nilai-nilai etik sehingga manusia kehilangan kemuliaan dan kehormatan diri.

Dunia akan terasa indah oleh perangai-perangai yang serbaetik. Hans Kung dan kawan-kawan telah lama mengumandangkan pentingnya nilai-nilai etik ( global etics) untuk menjadi oase atas arah dunia saat ini yang serbakeras, ganas, memangsa, dan menghancurkan. Agama dan kalangan umat beragama semestinya menjadi kekuatan kanopi suci dan memberi harapan bagi masa depan dunia yang lebih damai, adil, makmur, bermartabat, dan mencerahkan semua orang.

Bukankah misi Nabi akhir zaman adalah memuliakan akhlak dan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam? Ketika suatu bangsa kehilangan pertimbangan-pertimbang an etik dan hanya mengandalkan serbakeperkasaan, tunggulah ambang kehancuran.

Pada zaman Yunani Kuno, orang-orang Sparta diajarkan mencuri sebagai latihan mengasah tipu muslihat dalam menghadapi musuh. Namun, tradisi mencuri, muslihat, dan dusta itu kemudian menjadi racun laksana senjata makan tuan. Lalu, lahirlah hukum dan kontrak sosial s bagai pengekang, tetapi kedua tatanan itu rapuh karena manusia telanjur ganas dan licik. Akhirnya, peradaban Sparta yang digdaya itu jatuh dan menjadi puing sejarah.





Do'a Selamat Dunia - Akhirat

Keselamatan dunia dan akhirat adalah cita-cita setiap muslim. Karena itu, seorang muslim tidak hanya mengejar kehidupan dunia, tetapi juga akhirat. Tidak hanya kehidupan akhirat, tetapi juga dunia. Keduanya berjalan seiring sejalan. Walaupun tentu saja ketika kedua kepentingan ini bertentangan, maka kehidupan akhirat yang lebih didahulukan, karena ia lebih abadi, sedangkan dunia bersifat fana.
Keinginan untuk selamat di dua alam ini tercermin dalam doa di bawah ini. Selain itu, doa ini juga mengandung permohonan yang diselamatkan tidak hanya pendoa, tetapi juga keluarga dan hartanya. Terkandung juga permintaan agar dijaga dari segala penjuru. Sungguh doa ini cukup komplit.

Bacaan Doa Mohon Keselamatan Dunia Dan Akhirat
“Allaahumma innii as’alukal ‘afwa wa ‘aafiyata fid dunyaa wal aakhirati. Allaahumma innii as’alukal ‘afwa wal ‘aafiyata fi diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allaahummastur ‘auratii wa aamin rau’atii. Allaahummahfazni min baini yadayya wa min khalfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fauqii wa a’uuzu bi’azamatika an ugtaala min tahtii.”
Arti Doa Mohon Keselamatan Dunia Dan Akhirat
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah kesalahanku dan amankanlah rasa ketakutanku. Ya Allah, jagalah diriku, baik dari depan maupun dari belakang, dari kanan maupun dari kiri, dan dari atasku. Dan aku memohon perlindungan dengan kebesaran-Mu agar tidak diculik dari arah bawahku. (H.R. Abu Daud)”