Nafkah Riba: Menjauhkan Keluarga dari Agama

 Oleh: Dimas Cokro Pamungkas

Menafkahi keluarga adalah kewajiban sang suami yang bertindak sebagai kepala rumahtangga, nafkah tidak asal nafkah, tapi juga diruntut dari asal nafkah itu datang, dengan proses halah kah, proses subhat kah, atau malah dari proses haram, kalau dari proses halah maka alhamdulillah dia mampu mendekatkan keluarganya dari lindungan agama, namun sebaliknya bila dia mencari nafkah dari jalan haram maka sama saja dia menjauhkan keluarganya dari lindungan agamanya, naudzubillahi mindzalik...

Salah satu yang termasuk kategori sumber nafkah haram adalah harta yang berasal dari riba, karena jelas-jelas hukum riba adalah haram dalam islam, karena riba dapat menyengsarakan orang-orang yang mungkin sudah sangat terdesak faktor perekonomiannya dan terdesak kebutuhan, Allah sendiri telah mengancam akan menyiksa bagi orang-orang yang memakan barang riba.

Jabir ra berkata: Rasulullah saw telah bersabda:
"Rasulullah saw telah melaknati pemakan riba, orang yang mewakilinya, orang yang menulisi riba, dan dua orang yang menjadi saksi(barang riba). Dan beliau bersabda: "Kedudukan mereka adalah sama". (HR.Muslim)

Begitu besar tanggung jawab seorang kepala rumahtangga yang mempunyai kewajiban untuk menafkahi anak dan istrinya, jika harta riba yang dipilih untuk diberikan pada anak dan istrinya, maka siap-siap dampak buruk menimpa keluarganya, dampak buruk tersebut adalah:

  1. Seorang ayah yang memberi nafkah keluarga dengan harta hasil riba, bila nafkah itu dibelanjakan dan dimakan, maka seisi perut adalah barang haram yang berasal dari harta haram. 
  2. Seorang ayah yang memberi nafkah keluarga dengan harta hasil riba, bila nafkah itu dibelanjakandan alat-alat sekolah untuk menuntut ilmu, maka secara tidak langsung sang anak itu diberikan harta yang berasal dari harta yang haram dan ilmu yang diperolehnya dari cara yang tidak halal pula.
Naudzubillah, semoga Allah selalu membimbing kita pada jalan yang benar, dan memberikan hidayahNya pada kita yaitu jalan hidup yang sesuai dengan Al Qur'an dan Al Hadits, Amien...


Kenapa Do'aku Lama Terwujud Ya Allah...???

Oleh: Dimas Cokro Pamungkas

Bagi umat islam adalah suatu yang wajib untuk berdoa dan memohon pada Allah baik saat lapang maupun sempit, karena hidup tanpa doa adalah kesombongan kita sebagai mahluk, padahal kota butuh pertolongan Dia,  sebagai mahluk yang derajadnya rendah kita meminta pada Dia yang derajadnya tinggi (bahkan tertinggi dari apapun). Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah pun telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda, yang artinya: "Tidak ada sesuatu yang paling mulia disisi Allah selain doa" dan Allah sendiri sudah sebutkan dalam Alquran kalau setiap hambanya yang mau berdoa akan dikabulkan segala pintanya tersebut: "Tuhanmu berfirman: Mintalah kepadaKu, pasti dikabulkan, bahwasanya orang-orang yang sombong (tidak mau berdoa) dan berbakti kepadaKu, pasti mereka dijerumuskan ke jahanam sebagai manusia terhina" (QS Mukmin: 60)

Tapi, disaat kita sudah mau berdo'a, kita fokus berharap padaNya, terutama disaat susah dan terjepit, kita doa berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu bahkan hitungan bulan, do'a yang kita panjatkan tak juga berbuah, disitu akan menciptakan rasa pesimis pada diri kita, akhirnya keluar prasangka buruk pada Allah, kenapa seperti itu?

Al Faqih dengan sanadnya dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
"Do'a seorang muslim pasti dikabulkan, terkadang diberikan di dunia, atau disimpan (diberi pahala) di akherat kelak, atau dibuat penebus dosanya, menurut bobot do'a tersebut dengan catatan bukan do'a dalam 2 hal, (yaitu) untuk laku maksiat dan memutuskan silaturahmi"

Nabi Musa As ketika berdo'a pada Allah agar Firaun dibinasakan diamini oleh Nabi Harun, kemudian Allah berfirman: "Sesungguhnya do'a kalian telah dikabulkan, lalu hendaklah kalian istiqomah"
kata Ibnu Abbas: "Jarak antara do'a dan Firaun dibinasakan diperkirakan memakan waktu 40 tahun". Coba kita bayangkan betapa sabarnya Nabi Musa menunggu do'anya terkabul, tidak sebanding dengan do'a kita yang dalam hitungan hari, minggu, bulan, artinya apa? tidak ada alasan buat kita berburuk sangka pada Allah ataupun tak ada alasan bagi kita tuk lelah berdoa.

Demikian rahasia tertundanya do'a seorang hamba, bisa juga itu kita, bila kita menyadari hal di atas pasti kita akan tetap semangat berdoa, karena kita yakin doa kita akan bermanfaat, entah itu dikabulkan Allah secara langsung, atau do'a itu dipakai sebagai penebus segala dosa kita, ataukah do'a itu dijadikan tabungan bagi kita yang akan diberikan di hari akhir kelak, dimanapun posisi do'a kita, yang pasti Allah sangat sayang pada kita, monggo tetap semangat berdo'a!

Referensi:
Tanbihul Ghafilin, Bab Nikah
Al Adzkar




Keutamaan Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Setiap selesai shalat kita disunahkan berzikir. Salah satu amalan yang biasa kita lakukan adalah dengan membaca tasbih, tahmid dan takbir, masing-masing tiga puluh tiga kali.

Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh tiga kali, dan bertahmid tiga puluh tiga kali, kemudian mengucapkan: Laa ilaaha illa Allah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli sya’in qadir, setiap selesai shalat, maka akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.”(HR Imam Ahmad, Darimi, Malik)

Tasbih berarti mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya. Sementara tahmid yaitu memuji Allah, Tuhan semesta alam. Dan takbir adalah mengagungkan kebesaran Allah SWT. Allah berfirman dalam al-Quran: ”Hai orang-orang yang beriman! berzikirlah (mengingat) kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (al-Ahzaab: 41-42).

Ketiga amalan tersebut pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada putrinya, Siti Fatimah radhiyallahu anha (RA). Ali bin Abi Thalib menceritakan, pada suatu hari Fatimah datang menemui Nabi SAW. Namun Nabi tidak ada di tempat, dan ia hanya mendapatkan Siti Aisyah radhiyallahu anha (RA).

Kepada Siti Aisyah diceritakanlah keperluannya. Fatimah ingin meminta pembantu karena saat itu, ia mendengar Rasulullah SAW mendapatkan tawanan. Sudah beberapa hari Fatimah merasa kelelahan dan tangannya sakit akibat menumbuk dan menggiling tepung. Dengan meminta seorang pembantu diharapkan bisa meringankan segala pekerjaannya.

Malam harinya Rasul datang menemui Siti Fatimah, saat ia dan suaminya, Ali bin Abi Thalib hendak berbaring tidur. Sabda Rasul kepada Fatimah dan Ali: ”Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari yang kalian minta? Jika kalian telah berada di tempat tidur bacalah takbir 33 kali, tasbih 33 kali dan tahmid 33 kali. Itu semua lebih baik buat kalian dari pada seorang pembantu.” (HR Bukhori).

Dalam hadis lain disebutkan. Pernah datang sekelompok orang miskin mengadu kepada Nabi SAW. Mereka mengadu karena orang-orang kaya dengan hartanya bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Orang kaya dapat melaksankan shalat, seperti juga orang miskin melakukannya. Orang kaya berpuasa, orang miskin juga berpuasa. Namun orang-orang kaya memiliki kelebihan disebabkan hartanya sehingga dapat menunaikan ibadah haji dan umrah, juga dapat bersedekah dan berjihad.

Mendengar aduan mereka, Rasul SAW bersabda, “Maukah aku sampaikan kepada kalian amalan yang dapat melampaui derajat orang kaya dan tidak ada yang mengalahkan derajat kalian sehingga menjadi yang terbaik di antara kalian dan mereka, kecuali mengerjakan amalan berikut, yaitu, kalian baca tasbih, tahmid, takbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali…”(HR Bukhori)

Dalam hadis riwayat lain disebutkan, bahwa ketiga kalimat tersebut merupakan salah satu macam cara untuk bersedekah sebagaimana aduan orang-orang miskin tentang orang kaya yang bisa mendermakan hartanya. Sabda Nabi SAW: “Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, takbir adalah sedekah, tahmid adalah sedekah dan tahlil adalah sedekah.” (HR Muslim)

Dari hadis ini dapat kita ambil hikmah. Betapa banyak sekali keutamaan berzikir membaca tasbih, tahmid dan takbir. Dengan cara banyak berzikir, akan timbul rasa takut kepada Allah dan buahnya kita bisa menjalankan semua perintah dan larangan Allah. Maka, seyogyanya kita senantiasa mendawamkan amalan dari Rasulullah ini dan kita berharap, dapat mencapai keberkahan hidup dan senantiasa menjadi hamba yang tidak merugi.
(Kusnandar SThI)