Batal nikah, Jenny Cortez minim pengalaman hidup?

Sumber : | Sabtu, 11 Oktober 2014 19:57

Batal nikah, Jenny Cortez minim pengalaman hidup?
Jenny Cortez / KapanLagi®
Merdeka.com - Artis Jenny Cortez yang tak jadi menikah karena merasa tertipu latar belakang calon suami kian menambah panjang kasus serupa. Sebelumnya, Zaskia Gotik mengalami hal serupa. Lalu kenapa hal ini bisa terjadi lagi? Apa sih yang bikin artis perempuan langsung terpikat dengan lelaki yang baru dikenal?
"Mereka melihat tampilan luar, dari tampang, fisik, pakaian, kendaraan atau rumah dan juga ucapan. Melihat orang ganteng, kelihatannya parlente, eksekutif muda, pinter bicara, sudah melayang mereka," kata psikolog Dimas Cokro Pamungkas kepada KapanLagi.com®, Sabtu (11/10).
Alumnus Universitas Negeri Malang itu menilai masih adanya kasus seperti ini ditengarai karena sang korban tak cukup pengalaman hidup. Hasilnya? Mereka masih melihat permukaan saja.
"Terkait faktor psikis iya, namun faktor minimnya pengalaman hidup juga iya. Mereka biasa diperhatikan bukan memperhatikan. Jadi mereka tidak peka terhadap para lelaki yang mendekati, tidak sempat mempelajari, hanya sempat melihat permukaan dan kemasannya saja," paparnya.
Jenny Cortez kurang pengalaman hidup / KapanLagi®
Karena itu, laki-laki yang tinggal di di Geylang Singapura ini meminta para artis perempuan untuk terus mengasah wawasan. Ia berharap kasus vickynisasi tak akan terulang lagi.
"Pesan saya sih pinter-pinter jadi artis. Update dan upgrade wawasan biar nggak diincar para penjahat cinta yang modal kolor. Kalau artis nggak lugu-lugu amat, kejadian 'vickynisasi' nggak akan menimpa mereka. Jangan salah, banyak laki-laki yang punya niat jelek mau nikahi artis untuk nebeng hidup loh. Selain itu bisa juga dapat suami pejabat tapi malah dipakai tempat money laundry, masuk penjara deh akhirnya," pungkas pakar aura dan kecantikan ini.

MUI Jombang Minta Hewan Kurban Disembelih Sesuai Syariat

Minggu, 05 Oktober 2014 15:03:55
Reporter : Yusuf Wibisono
 

Jombang (beritajatim.com) - Majelis Ulama Islam (MUI) Kabupaten Jombang menghimbau kepada panitia kurban agar mengikuti syariat Islam dalam melakukan penyembelihan hewan kurban. Selain itu, hewan yang disembeli juga benar-benar memenuhi syarat untuk dijadikan kurban.

"Jika semuanya memenuhi syariat, maka ibadah kurban kita diterima Allah. MUI sendiri, jauh hari sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat," ujar Ketua MUI Jombang, KH Cholil Dahlan, Minggu (5/10/2014).

Cholil menjelaskan, proses pemotongan hewan kurban tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan. Semisal, alat pemotong yang digunakan kurang tajam, atau hewan kurban yang disembelih tidak dihadapkan ke arah kiblat. "Selain mengikuti syariat, juga harus mengikuti aturan kesehatan," katanya menambahkan.

Dia kemudian mencontohkan aturan kesehatan yang dimaksud. Salah satunya, saat menguliti hewan kurban, posisi yang paling ideal adalah dengan cara digantung. Dengan begitu, darah yang ada di tubuh hewan tersebut bisa mengalir dengan lancar. Nah, jika itu dilakukan maka daging kurban lebih sehat dan lezat.

Disinggung soal hewan kurban yang disembelih, Cholil mengungkapkan, ketentuan pertama usia hewan. Untuk kambing, ujarnya, minimal berusia satu tahun. Sedangkan sapi berusia dua tahun. "Atau giginya sudah tanggal. Atau istilahnya sudah 'poel'. Hewan kurban tidak cacat dan dalam kondisi fisik yang baik (tidak sakit)," urainya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Majelis Zikir Qurrota A'yun Jombang, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas. Dia berpandangan, ibadah kurban merupakan wujud empati terhadap sesama. Selain itu, momen ibadah kurban juga merupakan salah satu cara bagi manusia untuk membuktikan kecintaan kepada Allah SWT.

Dia lantas mencuplik sejarah kurban yang bermula dari Nabi Ibrahim. Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim belum dikaruniai keturunan. Atas izin Allah, ia pun memiliki keturunan yang bernama Ismail. Nabi Ibrahim sangat mencintai putranya tersebut. Namun ternyata, Allah tidak menyukai manusia yang terlalu berlebihan mencintai makhluk melebihi-Nya. Allah lalu menguji Ibrahim untuk menyembelih Ismail.

Atas dasar ketaatan kepada Allah, maka Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu.  Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor hewan dari surga. Nah, dari situlah turun perintah untuk berkurban. "Banyak pelajaran bisa kita ambil dari peristiwa itu. Tentang keikhlasan hingga maraih cinta dari Allah. Selain itu kita bisa mengambil pelajaran bahwa harta yang dimiliki tidak sepenuhnya milik kita. Semua itu adalah titipan dari Allah SWT untuk kita pergunakan dengan semestinya," ujar Gus Dimas. [suf/kun]

Sumber: http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/220081/mui_jombang_minta_hewan_kurban_disembelih_sesuai_syariat.html#.VDnmiFchM-4

Tidak Matang, Penyebab Artis Usia Muda Bercerai

Sabtu, 20 September 2014
aura
JAKARTA (Pos Kota)-Psikolog sekaligus pakar aura serta konsultan psikologi Dimas Cokro Pamungkas, mengaku prihatin dengan banyaknya persoalan rumah tangga selebritas yang menikah muda. Dia menyebut proses perceraian Marshanda – Ben Kasyafani, Risty Tagor dengan Rizky Balwell dan lainnya.

“Masih banyak lagi dan kasus seperti ini  semakin banyak,” katanya dalam komunikasi melalui pesan BBM. Maklumlah, sarjana lulusan Universitas Negeri Malang ini tengah berada di Singapura. Beberapa  faktor memang dapat memicu perceraian di kalangan artis yang menikah dalam usia muda.
” Secara psikologi mereka belum matang, belum siap menanggung beban hidup dan beban tanggungjawab rumah tangga, mudah cemburu, kekanak-kanakan, masih suka senang-senang,” urainya.

Apalagi kalau para artis itu biasa dengan kehidupan glamour mereka, party dengan kekayaan dan segala popularitas mereka, semakin sangat rawan, lanjutnya.
Sebab itu ia meminta agar  selebritas yang ingin menikah muda sebisa mungkin menyamakan visi serta dapat melepaskan status keartisan saat di rumah.

” Samakan visi, simulasikan segala kemungkinan buruk permasalahan yang mungkin muncul dalam perjalanan rumahtangga. Selain itu lepaslah status artis di rumah, biarkan rumahtangga benar-benar jadi surga berdua karena di sana bisa melepas topeng dan menjadi diri sendiri seutuhnya,” imbuh pria yang juga  pakar aura, kecantikan dan back up career ini.(Awang)

(Sumber: poskotanews.com)

Dewi Perssik Disarankan Puasa Nonton TV

Dewi Perssik Dewi Perssik Foto : Donny Pratama / C&R Digital
Kategori Nasional
Jakarta, C&R Digital - Di jejaring sosial, pedangdut Dewi Perssik beberapa waktu lalu sempat melampiaskan kesal kepada media. Banyak dari penggemarnya menyayangkan umpatan Depe, biasa dirinya disapa. Diduga Depe kesal terkait isu pernikahannya dengan bos Lamborghini Indonesia Johnson Yaptonoga.

Psikolog Dimas Cokro Pamungkas juga menyayangkan umpatan Depe yang bisa saja mengakibatkan Depe bermasalah dengan hukum. “Banyak di sekitar kita orang yang mudah meluapkan semuanya di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Path atau Youtube, sebagai publik figur harusnya dia (Depe) sadar bila tingkah lakunya dipantau bahkan juga ditiru penggemar, bahaya lain UU ITE Pasal 27 ayat 3 & Pasal 45 ayat 1 menanti,” kata Ketua Psychology Consultant Qurrota A’yun ini saat dihubungi, Rabu (23/9).
Dimas menilai apa yang dilakukan Depe karena sedang berada dalam kondisi tertekan. “Apalagi kan santer diberitakan masalah rumahtangga dengan bos Lamborghini itu, itu puncaknya, rasa malu, merasa tersudut dan terpojokkan dengan berita-berita, akhirnya dia lempar bebannya untuk menyalahkan wartawan, jadilah seperti saat ini,” ucapnya.

Sebagai psikolog, ia pun menyerankan agar Depe menenangkan diri untuk bisa menyelesaikan segala persoalannya. Terlebih, ia saat ini sedang bermasalah dengan hukum karena dilaporkan Johnson akibat kicauannya di jejaring sosial twitter.
“Masukan dari saya, Depe menenangkan diri, fresh-kan pikiran, puasa lihat tv & berita dulu, intropeksi, kalau sudah bisa berfikir tenang selesaikan semuanya satu persatu, urai benang kusutnya, mulai dari permasalahan dengan laki-laki yang berseteru itu, lanjut clear-kan permasalahan dengan media, bagaimanapun juga dia sangat butuh media, naik turunnya karier artis, media sangat berperan di dalamnya, semoga masalah ini berakhir indah buat semua, aamiin,” tuturnya. 

Dewi Perssik Terancam 5 Tahun Penjara

Saibumi.com, Jakarta – Dewi Perssik kembali terjerat kasus hukum. Padahal, baru sekitar empat bulan lalu dia keluar dari Rutan Pondok Bambu terkait pertengkaran dengan Julia Perez. Kini, wanita yang akrab disapa Depe tersebut kembali terkena kasus hukum yang melibatkan nama CEO Lamborghini, Johnson Yaptonaga.

Seperti diketahui, Johnson melaporkan Depe karena memberikan pernyataan tidak benar di beberapa media. Pernyataan tersebut menyebutkan bila keduanya menjalin hubungan asmara bahkan sudah menikah namun belum dirayakan secara besar-besaran.
Atas tindakan tersebut Depe melanggar tiga pasal dengan hukuman lima tahun penjara. "Saudara DM (Dewi Muria) alias Depe terkena pasal 310 dan 311 KUHP pencemaran nama baik dan fitnah, dan pasal 27 tentang ITE. Ancaman hukuman 5 tahun," kata Kombes Polisi Rikwanto saat ditemui di Polda Metro Jaya, Selasa 23 September 2014.

Dalam waktu dekat pihak penyidik Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) akan segera memanggil Johnson selaku pelapor. Pria bertubuh tinggi itu akan dikumpulkan tuk dimintai keterangan lebih lanjut.
"Pelapor akan diperiksa termasuk mengumpulkan alat bukti sebagai pendukung laporan. Dan memeriksa para saksi, juga termasuk saksi ahli. Namun untuk langkah awal kami akan memanggil pelapor yaitu saudara Johnson," tambahnya.
Lantaran sebagai terlapor Dewi Perssik akan dipanggil belakangan usai pemeriksaan pelapor dan saksi serta terkumpulnya bukti-bukti. "Belum ada jadwal kapan Depe akan diperiksa. Karena dia terlapor jadi dipanggil belakangan. Bila diperlukan dipanggil," pungkasnya seperti dilansir dari Merdeka.com.

Tertekan
Ulah Dewi Perssik kembali menuai kontroversi. Prilaku pemilik goyangan gergaji itu pun mengundang pertanyaan masyarakat, mengingat acapkali dia melakukan tindakan serupa. Dia seolah tidak belajar dengan pengalaman-pengalaman yang pernah dihadapi sebelumnya.
Ketua Psychology Consultant Qurrota A-yun, Dimas Cokro Pamungkas menilai tindakan Dewi Perssik dapat terjadi karena emosi jiwa yang tertekan, sehingga tidak bisa berpikir jernih. Ada pelampiasan yang salah jalan sehingga menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
"Itu luapan emosi yang tertekan, dia tidak lagi bisa berpikir jernih untuk sesaat, jadinya seperti itu, apalagi bagi orang-orang yang bersifat reaktif dalam menyikapi sesuatu," kata Dimas Cokro saat dihubungi melalui telepon.

"Banyak di sekitar kita yang mudah meluapkan semuanya di media sosial seperti Twitter,Facebook, Instagram, Path atau Youtube. Sebagai publik figur harusnya sadar bila tingkah laku kita dipantau, bahkan bisa juga ditiru para penggemar, bahaya lain Undang-undang ITE menanti," tambah alumnus Universitas Negeri Malang.

Seperti diketahui juga, lewat akun Twitternya, Dewi sempat menuliskan kata-kata yang bernada menghina kepada media yang memberitakan pengakuannya menjalin kasih dengan Johson. Perilaku Dewi Perssik itu, katanya tidak lepas dari latar belakang kebiasaan masa lalunya.
"Sangat mungkin (dipengaruhi) masa kecil, masa remaja, masa rumah tangga, beban pekerjaan, beban sebagai publik figur yang setiap saat disorot dan lain-lain. Apalagi kan santer diberitakan masalah rumah tangga dengan bos Lamborghini itu, itu puncaknya. Malu, merasa tersudut dengan berita-berita, akhirnya dia lempar bebannya untuk menyalahkan wartawan," katanya. (*)

Kontroversi Lagi, Jiwa Dewi Perssik Tertekan

Senin, 22 September 2014 11:11 | 

Dewi Perssik


Kontroversi Lagi, Jiwa Dewi Perssik Tertekan
Kapanlagi.com - Ulah Dewi Perssik kembali menuai kontroversi. Pemilik goyangan gergaji itu mengaku-ngaku sudah dinikahi oleh pengusaha Johnson Yaptonaga. Namun belakangan pengakuan itu dibantah, bahkan CEO Lamborghini Jakarta itu melaporkannya ke Polda Metro Jaya.
Perilaku Dewi Perssik itu pun mengundang pertanyaan masyarakat, mengingat acapkali dia melakukan tindakan serupa. Dia seolah tidak belajar dengan pengalaman-pengalaman yang pernah dihadapi sebelumnya.

Ketua Psychology Consultant Qurrota A'yun, Dimas Cokro Pamungkas menilai tindakan Dewi Perssik dapat terjadi karena emosi jiwa yang tertekan, sehingga tidak bisa berpikir jernih. Ada pelampiasan yang salah jalan sehingga menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
"Itu luapan emosi yang tertekan, dia tidak lagi bisa berpikir jernih untuk sesaat, jadinya seperti itu, apalagi bagi orang-orang yang bersifat reaktif dalam menyikapi sesuatu," kata Dimas Cokro saat dihubungi melalui telepon, Minggu (21/9).

Dewi Perssik © KapanLagi.comDewi Perssik © KapanLagi.com
 
"Banyak di sekitar kita yang mudah meluapkan semuanya di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Path atau Youtube. Sebagai publik figur harusnya sadar bila tingkah laku kita dipantau, bahkan bisa juga ditiru para penggemar, bahaya lain Undang-undang ITE menanti," tambah alumnus Universitas Negeri Malang.
Seperti diketahui juga, lewat akun Twitternya, Dewi sempat menuliskan kata-kata yang bernada menghina kepada media yang memberitakan pengakuannya menjalin kasih dengan Johson. Perilaku Dewi Perssik itu, katanya tidak lepas dari latar belakang kebiasaan masa lalunya.
"Sangat mungkin (dipengaruhi) masa kecil, masa remaja, masa rumah tangga, beban pekerjaan, beban sebagai publik figur yang setiap saat disorot dan lain-lain. Apalagi kan santer diberitakan masalah rumah tangga dengan bos Lamborghini itu, itu puncaknya. Malu, merasa tersudut dengan berita-berita, akhirnya dia lempar bebannya untuk menyalahkan wartawan," katanya.

Baca Juga:

CEO Lamborghini: Kalau Dewi Perssik Ada Bukti Tunjukkan Saja
Takut Pembeli Lamborghini Lari, Pilih Laporkan Dewi Perssik
Johnson Yaptonaga Ketemu Dewi Perssik Hanya Tiga Kali
Kata 'Tidur' Kunci Johnson Yaptonaga Laporkan Dewi Perssik
Dipolisikan, Dewi Perssik Berfoto Mesra Dengan Vokalis Band
(kpl/dis/dar)

(Sumber: kapanlagi.com) 

Pendekar Pagar Nusa Digembleng Ilmu Kebal (Artikel Majalah Liberty)

Makna Mimpi Dikencingi Anak Balita (Artikel Rubrik Keajaiban Doa Majalah Liberty)

Toko Seragam Sepi Pembeli dan Kepala Keluarga Selalu Apes (Artikel Rubrik Keajaiban Doa Majalah Liberty)

Bingung Memilih Calon Suami (Artikel Rubrik Keajaiban Doa Majalah Liberty)

Membagi Waktu Untuk Istri yang Dipoligami (Artikel Rubrik Keajaiban Doa Majalah Liberty)

Makna Mimpi Dikencingi Bayi (Rubrik Keajaiban Doa Majalah Liberty)

Pertanyaan: Assalamualaikum Wr Wb Pengasuh rubrik Keajaiban Doa yth. Saya ingin bertanya, kira-kira apakah arti mimpi saya, saya bermimpi diompoli/dikencingi anak balita perempuan. Sebelumnya terima kasih atas penjelasannya.
Dari : Ibu Yuli, Semarang 0878321xxxxx
Jawab:
Waalaikumsalam Wr Wb Bab tafsir mimpi sebenarnya lebih masuk ranah keilmuan Jawa, bukan Islam, berhubung kita hidup di Jawa/Indonesia tidak ada salahnya kita mempelajari dan berhati-hati dengan segala jenis mimpi kita.
Mimpi berdasarkan waktu bibagi menjadi 3 macam:
1. TITI YONI Adalah mimpi yang anda alami pada waktu malam hari akan tetapi di bawah jam 24.00, hanya sekedar bunga tidur biasa karena gambaran yang terjadi pada alam bawah sadar kita dipengaruhi oleh aktivitas kita sebelum tidur (habis bercerita, lihat film/tv, dll)
2. GONDO YONI Adalah mimpi yang anda alami pada waktu malam hari berkisar pada jam 24.000 s/d jam 02.30, mimpi yang bersumber dari kekuatan jiwa,kekuatan batin masing-masing orang dalam menjalani kehidupannya, bisa berupa pesan khusus tentang apa yang kita alami, atau yang akan kita alami.
3. PUSPO TAJEM Adalah mimpi yang anda alami pada waktu malam hari berkisar pada jam 02.30 s/d 05.30, mimpi yang dianggap banyak orang bersumber dari Illahi, atau bisikan/bocoran dari Gusti, bermakan cukup dalam dan memiliki keakuratan yang bagus.
Nah, dari uraian di atas termasuk di jam yang mana mimpi sampean? titi Yono, Gondo Yoni apa Puspo Tajem? Sementara artian dari mimpi diompoli/dikencingi anak balita/bayi itu sendiri berarti baik, bisa berhubung dengan riski dan kebahagiaan, dan kebanyakan mimpi-mimpi yang berhubungan dengan anak atau bayi artinya baik.
kalau menurut islam bagaimana? Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ، فَرُؤْيَا حَقٌّ، وَرُؤْيَا يُحَدِّثُ بِهَا الرَّجُلُ نَفْسَهُ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ فَمَنْ رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ
“Mimpi itu ada tiga: mimpi yang benar, mimpi bisikan perasaan, dan mimpi ditakut-takuti setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak disukainya (mimpi buruk), hendaklah dia melaksanakan shalat.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Jadi, mari kita kembalikan semuanya kepada Allah, semoga Dia senantiasa menjaga kita dari kesesatan pikiran entah karena kekurangan iman kita, kekurangpahaman kita atau karena disesatkan setan, Aamiin...
Wallahu A'lam Bishawab
Tanya Jawab Diasuh Oleh: Dimas Cokro Pamungkas S.pd (Gus Dimas) Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun Jombang Pengisi Rubrik "Keajaiban Doa" di Majalah Liberty Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Peguron Sapujagad Jombang
Bila ada pertanyaan silahkan dismskan ke: 081559551234 atau ke email dimascokropamungkas@gmail.com, bisa juga inbox di Facebook: Gus Dimas (Dimas Cokro Pamungkas) tolong disertakan biodata Anda (minimal nama dan kota tinggal) terimakasih, semoga belajar bersama ini bisa membawa manfaat bagi kita semua, Aamiin...

Mintalah Doa Orang yang Sakit

Dimas Cokro Pamungkas
Sebagai agama yang sangat menghargai kebersamaan, Islam menganjurkan umatnya untuk saling menengok sesamanya ketika dalam keadaan sakit. Begitu anjuran Rasulullah saw dalam haidtsnya:

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصُحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundangmu penuhilah undangan itu, apabila ia minta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, dan apabila di bersin dan mengucapkan "Al Hamdu lillah", maka ucapkanlah "Yarhamukallah", apabila ia sakit maka jenguklah dan apabila ia mati maka ikutilah (antarkanlah jenazahnya sampai ke kuburnya)". (HR. Muslim).

Kewajiban menjenguk orang sakit tidak hanya sebatas pada sesama yang memiliki hubungan persaudaraan tetapi juga tetangga walaupun dia tidak hubungan persaudaraan sama sekali.

حق الجار إن مرض عدته وإن مات شيعته
Hak tetangga jika dia sakit, engkau menjenguknya, dan jika dia mati engkau urusi jenazahnya..dst.

Demikianlah anjuran Rasulullah saw sehubungan dengan orang sakit. Meski demikian ada satu hal yang jarang dimengerti oleh masyarakat umum akan satu rahasia penting dibalik dianjurkannya menjenguk orang sakit. Harus dimengerti bahwasannya do’a orang yang sedang menderita adalah maqbul. Tidak ada penghalang antara dia dan Allah. Bahkan Rasulullah menyamakan do’a orang yang saki, seperti do’a malaikat.

اذا دخلت على مريض فمره فليدع لك فإن دعاءه كدعاء الملائكة
Apabila engkau datang mengunjungi orang sakit, maka mintalah agar dia beroa untukmu, karena do’anya maqbul seperti doa malaikat (Riwayat Ibnu Majah)

Demikianlah salah satu hal yang sering dilewatkan oleh para penjenguk orang sakit. Mereka sebagai orang sehat merasa berkecukupan dengan mendo’akan kesembuhan si sakit, padahal sebaliknya. Karena �do’a orang yang sakit adalah makbul.

Rezeki Seret, Istighfar Biar Banyak

Dimas Cokro Pamungkas
Aliran rezeki mengenal seret. Jalan apapun kalau sudah seret begini, maka diperlukan dorongan atau pelicin. Demi ketertiban dan kelancaran rezeki, lafal istighfar yang bisa dibaca sambil apa saja tanpa syarat sangatlah menolong. Artinya, tidak perlu repot mencari tips aneh-aneh apalagi datang ke siapa.

Demikian Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni dalam kitab Al-Minahus Saniyyah mengutip hadis Rasulullah SAW. Berikut kutipannya.

من لزم الاستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا ومن كل هم فرجا ورزقه من حيث لايحتسب

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja mengekalkan bacaan istighfar, niscaya Allah jadikan baginya sebuah jalan keluar di tengah kesempitan dan sebuah kelonggaran di tengah kesumpekan; dan Allah kucurkan rezeki kepadanya dari jalan yang ia tidak perhitungkan.”

Memang istighfar bukan untuk kelancaran rezeki semata. Permohonan ampunan Allah itu sangat dianjurkan ketika manusia dalam keadaan tidak berdosa dan terlebih lagi kalau melakukan dosa. Mohon ampun usai berdosa, ini mestinya agar azab Allah tidak turun seperti bunyi firman-Nya.

وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون

“Dan Allah SWT tidak akan mengazab mereka selagi mereka memohon ampunan-Nya.”

Tetapi istighfar kalau tidak berdosa, lebih didasarkan pada tindakan yang dicontohkan Rasulullah. Kendati mendapat jaminan ampunan dosa masa lalu dan masa depan, Nabi Muhammad SAW tetap saja beristighfar paling kurang 70 kali sehari.

Namun demikian, istighfar sangat dituntut di pagi hari, petang, permulaan malam, dan malam tua. Tentunya tanpa harus menimbang rezeki seret atau tidak, terpeleset dalam dosa atau pun tidak.

Selain itu, istighfar perlu dibaca untuk meredam tinggi hati seseorang tiap kali selesai beramal saleh. Masih menurut Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni.

وقد أجمع العارفون على استحباب ختام جميع الأعمال بالاستغفار. وفى الحديث أنه كان صلى الله عليه وسلم يستغفر الله تعالى عقب كل مكتوبة ثلاث مرات. تشريعا لأمته وتنبيها لهم على نقص طاعتهم.

“Arifun menyepakati anjuran istighfar usai beramal saleh. Dalam riwayat, para sahabat bercerita bahwa Rasulullah SAW beristighfar 3 kali tiap selepas sembahyang wajib. Maksudnya, menetapkan syariat istighfar usai beramal bagi umatnya sekaligus mengingatkan akan ketidaksempurnaan ibadah mereka.” Wallahu A’lam.

Do’a Iftitah Membuka Pintu Langit

Dimas Cokro Pamungkas
Do’a iftitah merupakan do’a yang dibaca pada waktu shalat tepat setelah takbiratul ihram. Doa itu merupakan ketetapan dari Rasulillah saw. Do’a iftitah berisikan ungakapan pujian atas kebesaran-Nya. Juga berisikan pengakuan kelemahan dan kelengahan insan hingga memerlukan perlindungan dan pengampuanan dari-Nya. Permohonan petunjuk agar diberikan akhlaq yang mulia dan dihindarkan dari berbagai akhlaq yang buruk, demikian keterangan yang terdapat dalam Ibanatul Ahkam.

Ibnu Umar radhiallahu anhu berkata bahwa pada suatu waktu kami shalat bersama Nabi Muhammad saw, tiba-tiba ada seorang jama’ah bersuara “الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا” lantas Rasulullah saw bertanya “siapa yang mengatakan kalimat tadi?” orang yang bersuara tadi menjawa “saya Ya Rasul..!” Kemudian Rasulullah berkata “saya heran dengan kalimat itu, karena kalimat itu mampu membuka pintu-pintu langit”. Lalu Ibnu Umar berkata semenjak mendengar pernyataan Rasulullah itu (tentang do’a iftitah) aku tidak pernah meninggalkan bacaan kalimat tersebut.

Adapun bacaan dan terjemahan dari do’a iftitah yang dibaca setelah takbiratul ihram (rakaat pertama) sebelum surat alfatihah adalah sebagai berikut. Untuk mempermudah pemahaman ditulis secara terpisah:

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا.
(Allahu akbar, kabirau walhamdu  lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila)

Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.

 أنى وجهت وجهي للذى فطر السموات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين.
(inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin)

Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah.

ان صلاتى ونسكى ومحياي ومماتى لله رب العالمين لاشريك له وبذلك امرت وانا من المسلمين
(inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin)

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.

Bertafakurlah

Dimas Cokro Pamungkas
‘’Ambillah pertolongan untuk kata-katamu dengan diam dan untuk ilmu dengan bertafakur.’’ Demikian Imam Syafii menuturkan nasihat kepada kita.
Menurut beliau, obat dari ucapan dan kata-kata adalah diam, dengan diam kita mampu menghindar dari segala penyakit lisan.

Di samping itu pula, beliau memaparkan cara ampuh bagi kita untuk mendapatkan ilmu yakni dengan bertafakur.
Tafakur yaitu suatu pekerjaan dalam bentuk memikirkan kekuasaan Allah SWT atas kehidupan manusia dan alam semesta dengan akal dan hati.

Allah SWT sangat menganjurkan kepada kita selaku hamba-Nya untuk senantiasa mengerjakan pekerjaan ini.
Dia menyebut mereka yang dapat bertafakur dan mengambil tanda-tanda kebesaran-Nya atas penciptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam sebagai ulul ‘azmi (orang-orang yang berakal). (QS Ali Imran [3]: 190-191).

Tafakur dapat kita kerjakan setiap waktu. Tak ada waktu khusus dalam melaksanakannya. Bisa setelah selesai shalat, sebelum tidur maupun saat bekerja.
Tetapi dari sekian waktu, ada saat yang sangat istimewa untuk bertafakur yakni sepertiga malam, selepas shalat malam.

Lantas, dalam hal apa saja kita dianjurkan untuk bertafakur? Pertama, kemaksiatan. Dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari banyak kata, pekerjaan, maupun perasaan yang tidak kita sadari telah melenceng ke arah keburukan atau kemaksiatan.

Begitu pula dari sisi makanan dan pakaian yang kita pakai. Saat kita tahu langkah telah melenceng menuju kemaksiatan, kita perlu memohon ampun kepada Allah dan segera meninggalkannya.Kedua, ketaatan kepada Allah.

Dalam hal ini,  yang kita renungkan adalah ketaatan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah SWT. Apakah kita melaksanakannya dengan sempurna atau malah sebaliknya penuh kekurangan.

Saat tahu kita sarat kekurangan dalam melaksanakan kewajiban kepada Allah, kita dapat menutupinya dengan ibadah-ibadah sunah yang lain. Ketiga, sifat-sifat merusak dalam hati. Segala ucapan dan tindakan berawal dari hati.

Ketika hati kita bersih, ucapan dan tindakan akan baik, tetapi manakala kotor maka akan berakibat sebaliknya.
Dengan begitu kita perlu berpikir untuk mengetahui sifat-sifat yang merusak dalam hati seperti marah, sombong, iri, dan berprasangka buruk.

Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut, kita akan berusaha untuk mengobati dan membersihkannya dari dalam hati. Poin yang terakhir adalah bertafakur mengenai sifat-sifat yang dapat menjadi penyelamat bagi diri kita.

Setelah rampung menjalani proses tafakur dari awal hingga akhir,  kita perlu berpikir tentang sifat-sifat baik yang dapat menyelamatkan diri dari segala macam keburukan. Misalnya, tobat, sabar, syukur, ikhlas, dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dengan demikian tentu kita akan terus condong kepada kebaikan dan senantiasa taat kepada Allah. Di samping itu, dengan tafakur kita mampu mengambil hikmah, menambah keimanan kepada Allah, dan menanamkan rasa takut dalam diri untuk mengerjakan kebatilan.

Ibnu Hatim berucap dalam syairnya, ‘’Dengan pengalaman seseorang bisa menambah ilmu, dengan berzikir ia mampu menambah cinta, dan dengan tafakur ia dapat menambah rasa takut.’’ 
 

Menjunjung Tinggi Kejujuran

Dimas Cokro Pamungkas
‘’Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan jalan menuju surga.’’ (HR Bukhari). Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Demikian sebuah ungkapan bijak menuturkan.

Ya, kejujuran adalah sebuah sikap yang menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya. Seseorang yang senantiasa bersikap jujur baik dalam ucapan maupun tindakan, meskipun pahit dan berisiko, bisa dipastikan dia memiliki integritas moral yang baik.

Islam sangat menjunjung tinggi kejujuran. Dalam Islam, jujur  menjadi salah satu sifat mutlak seorang Nabi atau Rasul. Orang-orang yang berlaku jujur, dalam Alquran disandingkan dengan para Nabi, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh.

Sebaliknya, kebohongan adalah awal kehancuran. Seseorang yang sudah biasa berbohong, baik dalam ucapan maupun tindakan, pada hakikatnya sedang menjerumuskan dirinya dalam kehinaan. Dia sedang menggali kuburnya sendiri.

Karena kebohongan yang dia lakukan lambat laun pasti akan terbongkar. Ibarat kata, sepandai apa pun seseorang  menyembunyikan bangkai, akhirnya akan tericium juga. Kalau kita lihat dan amati kondisi saat ini, tampaknya kejujuran sudah menjadi barang langka.

Demi menjaga citra diri di hadapan publik dan dengan dalih gengsi, seringkali banyak orang tak jujur kepada dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. Mereka lebih senang memakai topeng, daripada menunjukkan wajah aslinya.

Padahal, semakin lama topeng-topeng tersebut mereka kenakan, semakin jauh mereka dari jati diri mereka. Hakikatnya, semakin menyiksa diri mereka sendiri karena harus hidup dalam kepura-puraan.

Orang-orang yang ingin dianggap sebagai orang kaya, misalnya, akan bersikap dan bertindak seolah-olah orang kaya. Semakin dia memaksakan diri mengikuti gaya hidup orang kaya, semakin tersiksa pikiran dan jiwanya.

Karena dia harus berpikir keras untuk dapat memenuhi tuntutan seolah-olah menjadi orang kaya. Para pedagang, yang hanya menjalankan usaha atau bisnisnya dengan tujuan komersial, akan sangat mudah berlaku tidak jujur alias berbohong.

Tidak jarang kita jumpai, mereka berlaku tidak jujur dalam menjalankan roda bisnisnya. Dalam perkataan, mereka bahkan berani bersumpah atas nama Allah untuk meyakinkan pembeli agar tertarik untuk membali barang dagangannya.

Dalam tindakan, ada pedagang yang mengurangi timbangannya dengan beragam cara, dengan tujuan mendapat keuntungan lebih banyak dari kondisi timbangan normal. Para pejabat publik berlaku bohong untuk memenuhi pundi-pundi kekeyaannya.

Para intelektual, demi memenuhi persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkatnya, tidak jarang melakukan perilaku tak terpuji. Mereka melakukan plagiarisme, membuat data fiktif, serta tindak kecurangan lainnya.

Karena itu, berlaku jujurlah baik dalam ucapan dan tindakan. Betapapun pahitnya, yakinlah kejujuran akan lebih dihargai dan mendapat tempat di hati orang lain daripada kebohongan.

Jalan Panjang Menuju Surga

Dimas Cokro Pamungkas
Gambaran tentang surga tersebar dalam sejumlah ayat dan hadis. Teks ayat dan hadisnya jelas. Jadi, tak ada satu keteranganpun yang meragukan keberadaannya. Semuanya menjelaskan kondisi yang tidak ada bandingannya dengan sesuatupun yang ada di dunia ini.

Menurut Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ’’Allah SWT berfirman, ‘Sesungguhnya Aku telah menyediakan untuk hamba-Ku yang saleh segala apa yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan tidak pernah terbetik oleh hati siapapun.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan begitu, saat Allah dan Rasul-Nya menyampaikan perumpamaan tentang kondisi surga, semua itu sekadar untuk memudahkan kita memahaminya. Memang, Allah dan Rasul-Nya menyebutkan banyak hal yang bernuansa dunia.

Namun demikian, semuanya itu sejatinya tidaklah sama. Misalnya, Allah memaparkan keadaan surga yang dijanjikan itu di dalamnya terdapat sungai-sungai. Akan tetapi, bukan sungai-sungai sebagaimana yang kita pernah saksikan di dunia.

Dikatakan, ada sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan seterusnya (QS Muhammad [47] : 15).

Misalnya, Allah memaparkan keadaan surga yang dijanjikan itu di dalamnya terdapat naungan dari pohon-pohon rindang. Akan tetapi, bukan pohon-pohon yang kita pernah saksikan di dunia. Dikatakan, pohon itu tidak terlalu tinggi dan berbuah sepanjang tahun.

Hal itu memudahkan bagi siapa pun yang hendak memetiknya. Dikatakan pula, fasilitas penghuni surga yang sangat memadai dibandingkan dengan yang kita pernah saksikan di dunia seperti pakaian, makanan, minuman, kamar tidur, dan seterusnya.

Abu Hurairah menuturkan, saat Rasulullah SAW ditanya tentang surga, Rasulullah SAW menjelaskan, surga itu terbuat dari emas, perak, permata lu’lu, yakut, minyak kesturi, dan ja’faran. Kualitasnya sama sekali tidak berubah. (HR Ahmad dan Tirimidzi).

Menurut Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya surga itu terdiri atas 100 tingkatan yang Allah sediakan bagi mereka yang berjihad. Jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan lainnya seperti jarak antara langit dan bumi.’’ (HR Bukhari).

Abu Sai’d al-Khudri berkata,  Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya surga itu terdiri atas 100 tingkatan. Seandainya seluruh makhluk di muka bumi berkumpul di salah satu tingkatan, itu sudah cukup menampung mereka semuanya karena luasnya.’’  (HR Ahmad).

Hingga sekarang, entah berapa banyak penulis yang mengungkapkan keistimewaan surga dalam berbagai bahasa. Kendati demikian, saya kira cerita mengenai surga itu tidak akan ada habis-habisnya. Sampai kita benar-benar menyaksikannya dengan mata kepala kita sendiri.

Bagi kita, semua informasi yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya sudah lebih dari cukup. Sekarang mari kita jawab pertanyaan berikut ini dengan sejujurnya. Sudahkah kita termasuk di antara orang-orang yang berada dalam antrean calon penghuni surga?

Sejumlah ayat dan hadis menjelaskan kriteria calon penghuni surga. Yakni, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang menafkahkan sebagian harta yang dimilikinya pada waktu lapang mau pun sempit, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan manusia.

Selanjutnya, orang-orang yang melakukan perbuatan keji dan menganiaya dirinya sendiri namun segera mengingat Allah dan meminta pengampunan kepada-Nya, tidak terus-menerus melakukan perbuatan dosa setelah dia menyadarinya.

Beriman kepada Allah, shalat dengan khusyuk, menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan tak ada gunanya, mengeluarkan zakat, menjaga kemaluan kecuali kepada istri dan hamba sahaya yang menjadi miliknya, menunaikan amanat, memelihara shalat dan masih banyak yang lainnya. Semoga kita diberi kemudahan untuk dapat menapaki jalan lurus menuju surga. Aamiin.

(Sumber)

Indahnya Kelembutan

Dimas Cokro Pamungkas
Fitrah manusia cenderung kepada kebaikan dan mencintai kelembutan. Akan tetapi, karena ego, hawa nafsu atau kepentingan sesaat, banyak manusia yang kemudian berubah menjadi orang yang kasar, beringas, dan kejam.

Padahal, ego, hawa nafsu, dan mengutamakan kepentingan sesaat sama sekali tidak memberikan maslahat.
Jadi wajar jika manusia yang kasar, beringas, dan kejam tidak akan mendapat ridha dari Allah SWT sebab Allah tidak mencintai kecuali kelembutan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari Muslim).

Dalam Syarah Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi mengatakan, hadis itu menjelaskan tentang perintah agar umat Islam bersikap lemah lembut. Baik dalam ucapan maupun perbuatan serta memilih hal paling mudah.

Hal demikian melahirkan hubungan harmonis dan akrab. Sangat penting bagi Muslim untuk melatih lidahnya dengan adab sopan santun dan tidak membiasakan diri mencela orang lain, entah itu terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap saudara seiman.

Karena itu, Rasulullah SAW mengingkari jawaban berlebihan Aisyah kepada Yahudi, meskipun mereka memang berhak mendapat celaan.
Hal itu tidak lain karena Allah SWT telah melaknat dan memurkai Yahudi melalui beberapa ayat Alquran secara gamblang dan terbuka.

Bahkan terhadap seorang penguasa zalim sekelas Fir’aun pun Allah memerintahkan Nabi Musa berkata lemah lembut. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.’’ (QS 20 : 44).

Dengan demikian sungguh tidak ada satu pun alasan yang membolehkan kita mencela orang lain, seburuk apa pun orang tersebut.
Sebab, jika dia memang buruk, kafir, dan menentang Islam, Allah pasti memasukkannya pada kelompok terkutuk dan terlaknat.

Akan jauh lebih indah jika kita berusaha fokus membina diri menjadi pribadi yang santun dan lemah lembut. “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan tidak pula Dia berikan kepada yang lainnya.’’ (HR Muslim).

Memaknai hadis tersebut,  Imam Nawawi menjelaskan, kelembutan adalah seutama-utamanya akhlak dari seluruh akhlak mulia lainnya. Dengan kelemahlembutan itulah Rasulullah SAW bisa sukses besar dalam menjalankan misi dakwahnya.

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS. 3: 159).

Subhanallah, ternyata lemah lembut adalah rahmat dari Allah. Jika demikian, tidakkah kita tertarik menjadi Muslim yang berperangai lemah lembut?
 

Tabungan Dunia Akhirat

Dimas Cokro Pamungkas
Anak (al walad atau al banun) dan harta ( al maal) adalah dua elemen penting dalam kehidupan manusia, yang sering diungkapkan dalam Al Quran dalam satu ayat.

Misalnya firman Allah dalam Surat Al Anfaal (8) ayat 28 : "Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak anak mu itu hanyalah sebagai cobaan. Dan sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala yang sangat besar."  

Hal yang semakna walaupun dalam konteks yang berbeda misalnya kita temukan dalam firman Allah surat Al Kahfi (18) ayat 46, surat Al Munafiquun (63) ayat 9 dan surat At Taghobuun (64) ayat 14 & 15.
    
Para mufassir menyatakan paling tidak terdapat dua pelajaran penting yang bisa diambil kenapa anak dan harta sering dikemukakan dalam satu ayat.

Pertama: Adalah sudah menjadi naluriah dan fitrah setiap manusia untuk mencintai kedua hal ini. Keduanya sudah build in masuk dalam struktur ruhani dan struktur berfikir setiap manusia tanpa harus diajarkan.

Kecintaan kepada keduanya adalah lintas suku, lintas profesi dan keahlian, lintas pendidikan, lintas jenis kelamin, lintas status sosial, bahkan juga lintas kebangsaan dan agama.

Hal ini sebagaimana digambarkan secara jelas dalam Al Quran Surat Ali Imron (3) ayat 14. Bahkan dalam sebuah hadits sahih Rasulullah saw bersabda, "Andaikan seseorang sudah memiliki bongkahan-bongkahan emas yang memenuhi dua lembah pegunungan, pasti ia akan mencari lembah yang ketiganya, dan akan berhenti ketika perutnya sudah menempel ke tanah (mati)."
   
Kedua : Anak dan harta adalah dua variabel utama dan sangat penting yang menjadi penyebab keselamatan dan kecelakaan manusia. Jika anak dididik dengan pendidikan agama dan akhlak yang baik, sehingga menjadi anak sholeh, ia akan menjadi investasi dunia akhirat yang menguntungkan, memberkahkan, menenangkan, sekaligus menjadi penyebab keselamatan kedua orang tuanya.

Sebaliknya jika tidak dididik dengan pendidikan aqidah dan ibadah yang benar serta akhlak yang mulia, kemudian menjadi anak yang durhaka, ia akan menjadi penyebab kecelakaan kedua orang tuanya.

Demikian pula harta, jika didapatkan dengan cara yang benar dan dimanfaatkan untuk kebaikan diri, keluarga maupun masyarakat, menjadi sarana ibadah, ia akan menjadi penyebab kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya jika didapatkan dengan cara yang tidak benar, maka akan mencelakakan dunia dan akhirat.

Berbagai kasus korupsi yang terjadi sekarang ini, hendaknya menyadarkan kita semua, harta yang didapatkan dengan cara yang tidak benar akan menghancurkan kehidupan kita di dunia ini apalagi di akhirat. Demikian pula anak keturunan kita. Wallahu Alam bi Ash Shawab

Berpikirlah

Dimas Cokro Pamungkas
Diceritakan dari buku tafsir milik Ibnu Katsir, seorang sahabat Nabi yaitu Ibnu Abbas mengisahkan, suatu hari datang beberapa orang Quraisy kepada kaum Yahudi dan bertanya,’’Apa yang dibawa Nabi Musa  kepada kalian (mukjizat)?”

Mereka menjawab,’’Tongkatnya serta tangannya yang putih bersinar bagi yang melihat.’’ Lalu mereka mendatangi kaum Nasrani dan bertanya,”Apa yang dibawa Nabi Isa kepada kalian (mukjizat)?’’ Mereka kemudian menjawab, ”Ia mampu menyembuhkan kebutaan, penyakit kusta, dan mampu menghidupkan orang mati.’’

Lalu merekapun mendatangi Nabi Muhammad dan berkata, ”Mintakanlah kepada Tuhanmu supaya Ia mengubah Bukit Shafa menjadi emas.” Nabi Muhammad berdoa kepada Allah akan hal tersebut.

Maka turunlah ayat yang berbunyi, ”Sesungguhnya pada penciptaan bumi dan langit serta pergantian siang dan malam terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi para ulil albab.’’ (QS Ali Imran :190).

Apa maksud diturunkannya ayat ini? Siapa itu ulul albab? Memang sebagai manusia terkadang kita hanya ingin sesuatu yang jelas, nyata, dan praktis. Seperti kafir Quraisy yang meminta  Nabi supaya Allah mengubah Bukit Shafa menjadi bukit emas.

Namun Allah memberikan kunci dalam memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di dunia ini bagi manusia. Yaitu dengan menjadi ulul albab, yaitu manusia berpikir, yang menggunakan otak serta hatinya dalam memahami tanda kekuasaan-Nya.

Ada sebuah syair Arab terkenal yang berbunyi, ”Apabila manusia memikirkan segala kelakuannya, maka ia akan menyadari pelajaran di dalamnya.’’

Andai saja manusia menyempatkan waktunya untuk berpikir, memikirkan hakikat penciptaan dirinya, dunia seisinya seperti yang sudah dicontohkan di atas yaitu penciptaan langit dan bumi betapa dahsyatnya penciptaan itu.

Lalu pergantian siang dan malam, kenapa matahari selalu terbit dari timur, adakah manusia yang mampu menerbitkannya dari barat?

Nabi Isa pernah berkata, “Alangkah baiknya orang yang di setiap perkataannya untuk berzikir, diamnya untuk berpikir, dan penglihatannya untuk belajar.’’

Pernahkah Anda membayangkan,  ada manusia yang setiap kata dari mulutnya selalu digunakan untuk berzikir, entah untuk dirinya sendiri maupun untuk mengingatkan orang lain, bahkan diamnya pun berguna untuk berpikir?

Orang yang mampu melakukan ini akan menjadikan semua penglihatan dan panca indra lainnya sebagai hikmah dan pelajaran. Jadi, mari saudaraku, kita sempatkan waktu kosong kita atau saat kita diam untuk sejenak berpikir.

Karena, inilah kunci yang dimaksud untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah selama di dunia dan merupakan pembeda antara kita para Mukmin dan mereka para kaum kafir yang keras kepala dalam menerima bukti-bukti yang datang pada mereka.

Jika sudah, ada satu pesan bagi ikhwah sekalian, ubahlah kata seandainya menjadi semoga diiringi dengan niat yang tulus serta kerja keras niscaya kita akan melihat betapa indahnya dunia ini. Wallahu a’lam.

Menyertakan Asma Allah


Salah satu hadis sahih masyhur di kalangan ulama penulis kitab yang selalu menjadi pembuka tulisannya adalah hadis berbunyi  “kullu amrin dzii baalin laa yubdau bi bismillah fahua abtar au aqtha”, Segala urusan penting yang tidak diawali bismillah tidak atau kurang keberkahannya.

Mungkin inilah salah satu rahasia utamanya, di samping yang lainnya, kitab-kitab klasik karya para ulama salafus salih walaupun ditulis ratusan tahun yang lalu, tetap dianggap aktual dan menarik untuk dipelajari.

Kitab fikih Al Um sebagai salah satu contoh karya Imam Syafi"i (wafat 204 H) yang sudah berusia kurang lebih 1.200 tahun tetap dijadikan salah satu rujukan utama dalam menjawab berbagai persoalan fiqhiyyah masa kini.

Di samping itu, memang kitab-kitab fikih klasik tersebut pantas dijadikan rujukan karena isinya sangat prospektif, melampaui zaman dan waktu ketika buku tersebut ditulis. 

Menyertakan asma Allah, bagi kaum Muslimin merupakan suatu keniscayaan sekaligus kebutuhan. Baik pada pekerjaan rutin dan personal, seperti makan, minum, berpakaian, tidur, bangun tidur, terlebih lagi pada kegiatan yang diharapkan memiliki makna strategis untuk kepentingan bersama dalam skala lebih luas.

Seperti tersebut di atas, menulis buku dan karya ilmiah. Selain itu, memimpin rapat untuk membahas dan membicarakan masalah pendidikan, sosial ekonomi, budaya, dan politik yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

Apalagi para pejabat publik, seperti pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif yang keputusannya berkaitan dengan nasib seseorang atau suatu bangsa, tentu menyertakan asma Allah pada setiap kata yang diucapkannya atau setiap ketukan palunya merupakan sesuatu hal yang sangat penting, strategis, dan menentukan.

Ada beberapa hal strategis dan fundamental mengapa kita sangat dianjurkan menyertakan asma Allah pada setiap kegiatan yang dilakukan. 

Pertama, memotivasi sekaligus mendorong agar perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan baik dan benar, tidak melanggar ketentuan-Nya, tidak mengharamkan yang halal, atau sebaliknya.

Menyertakan asma Allah bukanlah sekadar formalitas supaya kelihatan nuansa religiusnya, tetapi lebih substansial agar semua perilaku kita merupakan refleksi dan manifestasi dari keimanan kita kepada Allah SWT.

Dengan menyertakan asma Allah, seperti mengucapkan bismillah, sesungguhnya kita sedang menarik kegiatan yang kita lakukan pada nilai-nilai tauhid sekaligus menghilangkan sekularisasi dan dikotomi antara agama dan bukan agama, antara dunia dan akhirat.

Kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Semuanya harus benar, baik, dan sesuai dengan ketentuan-Nya, serta semuanya akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya (QS az-Zalzalah [99] : 8).

Kedua, menggambarkan doa agar Allah menguatkan niat dan motivasi kita sekaligus memudahkan segala urusan. Basmalah, hamdalah, insya Allah, atau kalimat lainnya menggambarkan kerendahan hati bahwa manusia boleh merencanakan, tetapi Allah yang menentukan.

Sehingga, ketika berhasil dan hasilnya sesuai dengan harapan, tidak akan melahirkan kesombongan. Apabila belum berhasil, tidak akan menyebabkan frustrasi atau putus asa. Dan, inilah makna hakiki dari tawakal kepada Allah. Wallaahu"alam bish shawab.

Bertasbihlah

Dimas Cokro Pamungkas
Allah SWT berfirman, “Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Hadid [57] : 1 - 2).

Firman lainnya menyebutkan, “Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan, Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS Ali Imran [3] : 26 -27). Subhanallah.

Mari kita renungkan firman Allah itu. Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Mana buktinya? Dalam sebuah hadis yang cukup panjang, Abu Dzar menceritakan dia pernah meminta izin Rasulullah untuk menyendiri di suatu tempat.

Sebelum berangkat, dia sempat menanyakan keberadaan khadam atau pelayannya. Pelayan itu sedang berada di rumahnya. Abu Dzar bergegas menemuinya. Ternyata, pelayan itu sedang duduk bersandar pada sebuah sandaran. Sendirian.

Anehnya, ujar Abu Dzar, dia seakan-akan tengah tergesa-gesa. Lalu, dia mengucapkan salam dan dijawab olehnya sebagaimana mestinya. Pelayan itu bertanya kepada Abu Dzar, “Atas izin siapa kamu datang kemari?” Dia menjawab, “Atas izin Allah dan Rasul-Nya.”

Pelayan itu mempersilakan Abu Dzar duduk. Dan, Abu Dzar duduk di sampingnya. Baru saja Abu Dzar duduk, Abu Bakar datang dengan tergopoh-gopoh. Abu Bakar mengucapkan salam dan dijawab oleh dia sebagaimana mestinya.

Tidak lama berselang, Umar bin Khaththab datang, kemudian Utsman bin Affan pun datang. Pelayan itu bertanya, “Atas izin siapa kalian datang kemari?” Abu Bakar, Umar, dan Utsman menjawab, “Kami datang kemari atas izin Allah dan Rasul-Nya.”

Lalu, Rasulullah pun datang. Dan, kisah yang menakjubkan dimulai. Beliau bersabda, “Mengapa sedikit sekali makanan yang tersisa ini?” Mendengar ungkapan itu semua sahabat diam saja karena tidak mengerti maksudnya.

Tiba-tiba beliau mengambil kira-kira enam butir kerikil. Kerikil itu sekonyong-konyong bertasbih di tangan Rasulullah hingga terdengar oleh pohon-pohon kurma di sekelilingnya. Masing-masing satu butir kerikil dipindahkan ke tangan Abu Bakar, Umar, dan Utsman.

Dan, subhanallah, kerikil itu bertasbih di tangan mereka. Semua yang hadir terdiam menyaksikan mukjizat itu. Takjub, luar biasa. Di dalam sejumlah hadis dinyatakan, keutamaan bertasbih sangat luar biasa.

Rasulullah bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan (kalimat) itu dicintai oleh Ar-Rahman (Allah yang Maha Pemurah), yakni 'subhanallah wa bihamdihi, subhanallahi al-adhimi'.” (HR Bukhari dan Muslim).

Beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu berbuat seribu kebaikan setiap hari? Lalu, ada seseorang dari sahabat itu bertanya kepada beliau: Bagaimana caranya seseorang di antara kami dapat berbuat seribu kebaikan setiap hari? Beliau bersabda: Dia membaca tasbih (subhanallah) seratus kali. Maka, baginya akan dicatat seribu kebaikan atau baginya akan dihapus dari padanya seribu kesalahan.” (HR Muslim).

Beliau bersabda, “Barang siapa membaca 'subhanallah wa bihamdih' seratus kali dalam sehari, akan dihapus dosa-dosanya sekali pun sebanyak buih di laut.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Ucapan yang paling dicintai Allah ada empat macam. Terserah kalian mau mulai dari mana saja pun boleh, yakni subhanallah, alhamdulillah, la ilaha ilallah, dan allahu akbar.'' (HR Muslim).

Sebagai manusia sudah semestinya kita bertasbih kepada Allah. Bagaimana tidak? Sedangkan semua yang berada di langit dan di bumi bahkan kerikil pun bertasbih kepada-Nya.

(Sumber)