Para Pendukung Kandidat Pilkada Jangan Mau Diadu Domba




Para Pendukung Kandidat Pilkada Jangan Mau Diadu Domba
Minggu, 25 September 2016 16:41 WIB
Jakarta, HanTer - Pemilihan gubernur DKI Jakarta sudah di depan mata. Konstelasi politik pun semakin panas. Bahkan diantara pendukung sudah siap pasang badan agar jagoannya bisa duduk di Jakarta 1. Tapi siapa sangka disaat pendukungnya saling serang dan gontok-gontokan para kandidat justru terlihat akrab dan selfi bersama.
Saat ini foto tersebut menjadi viral di media sosial. Terlihat petahana Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni, Anies Baswedan - Sandidga Uno foto selfi dan tersenyum sumringah tanpa sedikit ada ketegangan diantara mereka.
Akrabnya para kandidat untuk pemimpin Jakarta mendapat apresiasi dari tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), Dimas Cokro Pamungkas. Ia pun meminta para pendukung kandidat tersebut untuk tidak terpengaruh dan mau diadu domba oleh para oknum yang hanya menarik keuntungan dari ajang pilkada.
"Lihat, para kandidat saja bisa berkumpul dan berfoto tersenyum lepas bersama, kenapa yang hanya pengikut banyak yang saling sikut?," tanya Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Minggu (25/9/2016).
Menurut Dimas, dengan keakraban para kandidat maka para pendukungnya jangan mau diperalat dan dipermainkan para mafia pilkada yang penuh kepentingan. Langkah awal para calon DKI 1 dan 2 sudah sangat tepat dan menyejukkan dengan kumpul bersama tanpa ada ketegangan. Penampilan para menunjukan mereka mengedukasi para pemilih tanpa harus rusuh dan kotor.
"Pilkada bisa sukses dengan bersih, penuh kekeluargaan dan rasa kasih sayang," jelasnya.
Dimas menuturkan, DKI Jakarta merupakan ibu kota negara yang menjadi cerminan Indonesia. Jakarta juga bisa disebut Indonesia kecil karena pusatnya pendatang dari seluruh daerah Indonesia lainnya. Selain itu Jakarta juga menjadi pusatnya pembangunan, pusatnya perekonomian, pusatnya pendidikan.
"Jadi baik buruknya Indonesia sebenarnya bisa kita lihat dari kondisi DKI Jakarta terkini dalam segala bidang, termasuk dalam proses pilkadanya," paparnya.
Dimas berharap warga DKI Jakarta dewasa dan menjadi contoh bagi pilkada daerah lain. Sudah bukan saatnya perbedaan SARA, militer non militer, atau perbedaan gender dijual. Apalagi warga Jakarta juga sudah jauh lebih pintar sehingga tidak akan termakan isu-isu SARA yang dihembuskan oleh oknum-oknum tertentu.
"Warga Jakarta jangan mau dihasut oleh oknum tokoh yang menanamkan kebencian dalam ajang pilkada," jelasnya.
Dimas mengungkapkan, jika terhasut maka bukannya mendapatkan pemimpin yang tepat tapi malah mendapatkan dosa. Oleh karena itu sudah saatnya cermat dalam memilih dan memilah mana tokoh yang bisa dijadikan tuntunan, tokoh yang suka asal biarlah cukup kita jadikan tontonan.
(Safari)
Link Berita:
http://www.harianterbit.com/m/megapol/read/2016/09/25/69450/28/18/Tokoh-Muda-NU-Para-Pendukung-Kandidat-Pilkada-Jangan-Mau-Diadu-Domba
Link Berita:
http://m.cakranews.com/welcome/read/2016/09/25/4746/0/20/Kandidat-Bisa-Selfie-Bersama-Kenapa-Pendukung-Saling-Sikut-dan-Gontok-gontokan

Jika Terbukti Lecehkan Anak, Ini Hukuman Yang Pantas Untuk Aa Gatot


Jika Terbukti Lecehkan Anak, Ini Hukuman Yang Pantas Untuk Aa Gatot

FEMINDONESIA.COM / ISTIMEWA
FEM Indonesia - Kasus Aa Gatot Brajamusti masih bergulir di kepolisian hingga kini. Mantan ketua Parfi ini terjerat kasus narkoba, kepemilikan senjata api hingga dugaan pelecehan terhadap anak. Ragam opini masyarakat pun bermunculan. Salah satunya dari Dimas Cokro Pamungkas. Pengamat psikolog artis yang juga aktivis Lindungi Anak dan Wanita ini mengaku prihatin sekaligus miris dengan kasus tersebut. Terlebih diduga dilakukan oleh orang yang penampilannya seperti tahu ilmu agama.

“Sangat miris, seorang yang dianggap berilmu agama punya tindak tanduk seperti itu, tidak ada sedikitpun sikap. Sifat dia yang mencerminkan rasa cinta welas asih pada anak-anak dan wanita, sebagai seorang ketua Parfi yang notebene di dalamnya penuh orang pintar dan cerdas, ternyata pemimpinnya hanya seperti ini,” urainya kala dihubungi Ahad (18/9).

Kepada Femindonesia.com, ketua Qurrota Ayun Psychology Consultant itu pun mengatakan jika semua kasus yang dituduhkan terbukti di pengadilan maka hukuman berat sudah selayaknya diberikan pada Aa Gatot. Bahkan hukuman kebiri pun tepat dijatuhkan padanya.

“Perkosaan anak dan wanita, penyimpangan akidah lewat padepokannya, pemakaian narkoba, kepemilikan senjata api ilegal, hukuman apa yang pantas buat pelaku kejahatan selengkap itu ? Seberat-beratnya ! sangat layak buat proyek percontohan hukum kebiri bagi pelaku pemerkosaan,” tegasnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Link Berita:



Gatot Brajamusti Harus Dihukum Kebiri


Gatot Brajamusti Harus Dihukum Kebiri
Jumat, 16 September 2016 10:15 WIB


Jakarta, HanTer - Gatot Brajamusti alias Aa Gatot, yang mengaku guru spiritual layak dihukum kebiri sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan ke 2 atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telaj dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya, Aa Gatot tersangkut banyak kasus hukum terutama terkait dengan perilaku seks yang menyimpang. Selain tersangkut narkoba dan kepemilikan senjata api ilegal, Aa Gatot juga terkait pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap anak-anak di bawah umur yang jumlahnya sampai puluhan. Jika tidak dikebiri maka bisa menimbulkan Aa Gatot yang lainnya.

"Aa Gatot ini luar biasa, karena dia bisa buat orang geleng-geleng kepala dengan segala kelakuannya. Selain itu dia mengaku sebagai guru spiritual yang melencengkan akidah para pengikutnya. Beberapa artis juga dibuat bertekuk lutut seperti kerbau yang dicocok hidungnya," kata aktivis perlindungan anak dan perempuan, Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Jumat (16/9/2016).

Menurut Dimas Cokro yang dikenal sebagai Pengamat Psikologi Artis ini mengatakan, selama ini Aa Gatot dikenal sebagai publik figur karena selain guru spiritual, dia juga artis, pemilik group band dan ketua Parfi. Oleh karenanya Aa Gatot bisa dijadikan contoh pada publik bagaimana hukuman setimpal bagi tindak kejahatan yang memperkosa, narkoba dan memiliki senjata api ilegal.

"Saya minta harus dikenakan hukuman kebiri. Karena saya melihat 'punishment' untuk kasus ini masih belum terasa," tegasnya.

Lebih lanjut Dimas Cokro mengatakan, dengan adanya seorang publik figur yang menjadi penjahat kelas kakap maka akan bisa menjadikan 'shock therapy' bagi para calon penjahat dan siapapun yang punya bakat menjadi jahat untuk berfikir seribu kali ketika melakukan kejahatan tehadap anak dan perempuan.

Saat ini Polda NTB telah menetapkan Aa Gatot dan istrinya, Dewi Aminah, sebagai tersangka kasus dugaan kepemilikan narkotika jenis sabu. Keduanya menjadi tersangka berdasarkan hasil uji laboratorium dan kepemilikan narkotika. Keduanya ditangkap tim gabungan Polres Mataram dan Lombok Barat di kamar Hotel Golden Tulip, kamar 1100, Jalan Jenderal Sudirman No 4 Selaparan, Kota Mataram, Minggu, 28 Agustus 2016, sekitar pukul 23.00 WIB. Selain pasangan suami - istri diamankan enam orang lainnya satu diantaranya penyanyi Reza Artamevia.

(Safari)

Link Berita:



Kebijakan Saudi Buat Biaya Haji dan Umroh Naik


Link Berita:

Kebijakan Saudi Buat Biaya Haji dan Umroh Naik
Sabtu, 27 Agustus 2016 10:53 WIB

Jakarta, HanTer - Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Ustadz Dimas Cokro Pamungkas mengatakan, peraturan baru Pemerintah Arab Saudi untuk visa sekali masuk kepada semua pengunjung kecuali jamaah baru, yang belum pernah menunaikan ibadah haji atau umrah akan sangat berpengaruh bagi tata kelola haji dan umroh di Indonesia. Akibatnya, perusahaan travel pasti akan menaikkan biaya umroh atau haji kepada jamaah yang sudah pernah melaksanakan ibadah umroh.

Dimas menilai peraturan visa baru yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi merupakan efek dari menurunnya harga minyak. Oleh karenanya Arab Saudi berusaha memperkokoh pondasi perekonomiannya lewat jalur non migas, seperti dibidang haji dan umroh. Apalagi saat ini pemerintah Arab Saudi juga melakukan pembangunan besar-besaran mereka terhadap sarana dan prasarana pendukung umroh dan haji.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadap masalah visa dan segala peraturannya karena itu hak mereka yang punya negara. Kita sebagai tamu mau tidak mau mengikuti apa yang jadi peraturan tuan rumah," paparnya.

Hal bijak yang bisa dilakukan terkait kenaikan harga visa tersebut, ujar Dimas, adalah meluruskan niat diri sebagai tamu Allah. Selain itu travel juga harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jamaahnya.

"Kita juga harus mengesampingkan segala riya', niat ingin dipuji, dianggap pintar agama, sehingga dengan modal keterbatasan memaksakan naik haji," jelasnya.

Visa Gratis

Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia memutuskan harga baru visa masuk ke negerinya. Visa haji untuk yang pertama kali menunaikan ibadah haji, ditanggung kerajaan alias gratis. Namun bagi warga negara asing yang berhaji untuk kedua kali dan seturusnya, akan dikenakan biaya visa hingga 2.000 Saudi Riyal (SAR).

Keputusan kenaikan harga visa tersebut merupakan hasil sidang Kabinet Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia yang berlangsung Senin (8/8/2016) lalu. Penetapan kenaikan harga baru ini diambil atas rekomendasi Kementerian Keuangan dan Kementerian Ekornomi dan Perencanaan Saudi (Ministry of Finance and the Ministry of Economy and Planning), untuk meningkatkan pendapatan di luar sektor perminyakan.

Keputusan ini dibacakan Pangeran Mohammed bin Naif, di Istana Al-Salam, Jeddah. Dalam keputusan tersebut dirinci antara lain: Biaya visa sekali masuk atau one-time entry visa ditetapkan sebesar 2.000 Saudi Riyal (SAR) atau senilai Rp6.900.000,00.




(Safari)

Jika Membawa Mudharat Maka Harga Rokok Layak Naik



Jika Membawa Mudharat Maka Harga Rokok Layak Naik

Rabu, 24 Agustus 2016 14:05 WIB

Jakarta, HanTer - Wacana kenaikan harga rokok hingga Rp50 ribu/bungkus menjadi perbincangkan di masyarakat. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), ormas keagamaan terbesar di Indonesia pun ikut bersuara terkait wacana kenaikan harga rokok tersebut. Apalagi kebiasaan merokok banyak dilakukan oleh sejumlah tokoh dan pengurus NU.

"Kalau bicara hukum Islam bab rokok sampai kapanpun tidak akan ada titik kesepakatan, karena ada yang mengharamkan ataupun menghalalkan," kata Dimas Cokro Pamungkas, tokoh muda NU kepada Harian Terbit, Rabu (24/8/2016).

Menurut Dimas, pada dasarnya terdapat nash bersifat umum yang menjadi patokan hukum tentang rokok, yakni larangan melakukan segala sesuatu yang dapat membawa kerusakan, kemudharatan atau kemafsadatan sebagaimana termaktub di dalam QS. Al-Baqarah: 195, dan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Majah, No.2331.

"Bertolak dari dua nash itu, ulama sepakat mengenai segala sesuatu yang membawa mudharat adalah haram,' jelas Dimas.

Dimas menuturkan, untuk menentukan rokok haram atau tidak maka jangan menggunakan standard ganda, sebab hukum agama diterapkan saat tidak ada berkepentingan. Sementara saat bertentangan dengan keinginan pura-pura tidak paham maka dikembalikan ke masing-masing pribadi, apakah rokok itu membawa manfaat atau mudharat.

"Dari sisi perpolitikan, saya acungi dua jempol buat pemerintahan Jokowi kalau benar-benar menaikkan harga rokok. Karena dengan menaikan harga rokok bisa memperbaiki bangsa tanpa takut tersandera banyaknya konflik kepentingan," papar Ketua Pagar Nusa Sapujagad Nahdlatul Ulama ini.

Dimas menilai, kebijakan menaikan harga rokok memang tidak populer karena akan mengancam suara pemilu Jokowi yang akan datang. Karena bisa saja para juragan rokok memusuhinya di pilpres nanti. Belum lagi Jokowi akan diserang para pecandu rokok yang begitu besar jumlahnya dan sangat militan, juga serangan atas nama lapangan pekerjaan yang terganggu bagi para buruh rokok.

"Bila memang pemerintah mampu memaksakan harga rokok mahal maka Jokowi menjadi pemerintahan yang super berani dan dahsyat. Kalau memang tulus ingin menyelamatkan bangsanya biarkan Tuhan yang menyelamatkan saat pemilu yang akan datang.," paparnya.

Dimas mengungkapkan, kemajuan suatu negara bisa diukur dari bagaimana pemerintahannya dalam mensikapi rokok, semakin maju suatu negara akan semakin ketat dalam memberlakukan peredaran rokok. Contohnya Singapora. Oleh karena itu jika indonesia masih saja berkutat di dunia rokok, maka sampai kapanpun maka Indonesia masih bangsa dunia ketiga, sejajar dengan kebanyakan bangsa Asia dan Afrika yang tak mampu survive dari kecanduan rokok.

Saat ini, pemerintah terus melakukan kajian untuk mencapai target penerimaan cukai di 2017. Hal ini sejalan dengan penerimaan cukai pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 ditetapkan sebesar Rp157,1 triliun di mana sekitar Rp149 triliun berasal dari cukai rokok.




(Safari)

Ormas Gelar Sweeping, NU: Jangan Rampas Hak Orang Untuk Ke Warung Selama Ramadhan


Ormas Gelar Sweeping, NU: Jangan Rampas Hak Orang Untuk Ke Warung Selama Ramadhan

Dimas Cokro
Jakarta, HanTer - Ormas keagamaan Front Pembela Islam (FPI) bakal memantau tempat hiburan malam (THM) sepanjang bulan puasa 2016. Ormas pimpinan Habib Rizieq Syihab itu akan turun ke jalan hanya untuk memantau apakah THM benar-benar patuh terhadap aturan atau tidak. Jika tidak maka FPI tidak akan segan-segan untuk minta menutupnya.

Namun aksi FPI yang sangat keras terhadap THM yang melanggar aturan ditentang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Alasannya, Indonesia bukan berdasarkan satu agama saja yakni Islam tapi ada juga empat agama lain yang dianut masyarakat Indonesia. Sehingga semua masyarakat Indonesia harus bisa menjalin toleransi dengan penganut agama yang lainnya.

"Selama ini Ramadhan identik dengan aksi sweeping ormas Islam terhadap tempat hiburan, hotel, kos-kosan, atau rumah makan. Ayolah kita hentikan, apa manfaatnya buat kita umat muslim?," ujar pengurus PBNU, ustadz Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Rabu (1/6/2016).

Menurut tokoh muda NU ini, umat Islam tidak mempunyai kepentingan dalam aksi sweeping yang kadang berujung dengan anarkis. Karena umat Islam bukan lagi anak kecil yang menangis minta makan saat melihat orang makan. Kegiatan di warung itu ada hak wanita yang berhalangan puasa karena haid, hamil atau menyusui. Ada juga hak orang yang berhalangan puasa seperti manula, anak-anak atau orang yang bepergian jauh.

"Di warung ada juga hak banyak warga negara Indonesia lainnya yang beragama non muslim," tegas Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Sapujagad ini.

Indonesia, sambung ustadz Dimas, memiliki lima agama yang diakui negara, belum lagi aliran kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia lainnya. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh merampas hak orang lain untuk pergi ke warung selama Ramadhan. Dengan melarang warung berbuka maka artinya umat Islam memaksa mereka ikut puasa sehingga hal tersebut kurang arif dan bijaksana.

"Islam itu rahmatan lil alamin yang membawa kebaikan pada semua. Itu harus kita implementasikan di kehidupan nyata, jangan malah menjelekkan nama Islam di mata dunia," papar Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun Ini.

Lebih lanjut ustadz Dimas mengatakan, razia Ramadhan adalah tugas pihak yang berwajib seperti Satpol PP, TNI dan Polri. Oleh karena itu sudah sepantasnya tugas merazia diserahkan kepada mereka. Namun pihak berwenang juga harus tanggap, jika ada ormas yang mensweeping maka harus langsung diredam dan jangan dibiarkan.

"Karena sikap pembiaran itulah yang bisa memicu reaksi masyarakat untuk bertindak sendiri. Jadi sweeping atau anarki, jangan sampai, pemerintah harus waspada dan buka mata," paparnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono memang akan bertindak tegas terhadap ormas yang melakukan sweeping di bulan puasa. Oleh karenanya ia meminta ormas tidak melakukan aksi sweeping di tempat-tempat hiburan karena kewenangan penindakan terhadap pelanggaran ada di Polri.

Polda Metro Jaya melaksanakan berbagai kegiatan selama bulan Ramadan seperti Operasi Patuh Jaya dan Operasi Pekat. Selain itu Polda Metro Jaya dan beberapa instansi terkait seperti Satpol PP juga akan melakukan penertiban bersama di tempat-tempat hiburan malam.




(Safari)

NU : Mafia Peradilan Seperti Lingkaran Setan



NU : Mafia Peradilan Seperti Lingkaran Setan

ilustrasi
Jakarta, HanTer - Praktik mafia peradilan sudah sangat meresahkan para pencari keadilan. Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pimpinan negara belum juga turun tangan untuk mengatasinya. Padahal sudah banyak perangkat peradilan yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Pengurus Nahdatul Ulama (NU) Dimas Cokro Pamungkas sangat menyesalkan belum turun tangannya Presiden Jokowi untuk mengatasi mafia peradilan. Padahal UUD 1945 sudah jelas bahwa Indonesia sebagai negara hukum, dan menjadikan hukum sebagai panglima untuk mencari keadilan. 

"Namun di ranah hukum pula kita terpukul telak seakan segala kecurangan di sektor hukum sudah bukan hal aneh," kata Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Kamis (5/5/2016).

Menurut Dimas, saat ini kecurangan huku sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Oleh karena itu kecurangan hukum telah merasuki semua elemen penegakan hukum. Hal ini terjadi karena terlalu banyak konflik kepentingan di dalamnya, apalagi jika ada orang yang ingin mengamankan diri dari kepentingannya. 

Namun di lain pihak ada yang menemukan kesempatan untuk memperkaya diri. Oleh karena itu mafia peradilan layaknya lingkaran setan yang berakibat akan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan menghancurkan Indonesia secara perlahan. 

"Pemerintah harus tanggung jawab terhadap praktek mafia peradilan. Pemerintah harus tegas, jangan terbawa arus putaran keruwetan ini, tunjukkan wibawanya untuk tidak takut terhadap mafia kelas kakap di negeri ini. Saatnya memperlihatkan negara mengatur diri sendiri, bukan negara diatur mafia.

Sebagai solusi, ujar Dimas, maka harus dilakukan pembenahan internal. Berlakukan 'reward-punishment'. Pilih pemimpin yang bisa membawa gerbong peradilan ke rel yang tepat untuk membuat Indonesia sejahtera dan terbebas dari praktek mafia peradilan. 

"Selain pemerintah. Kita juga tidak boleh cuek adanya budaya suap. Biasakan kita melakukan 'self consep' yang dilanjutkan dengan 'self control'. Kalau sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa dengan hal tersebut Insya Allah bisa menjadi efek 'control sosial' yang bisa memperbaiki negeri ini," paparnya. 

Seperti diketahui untuk memberangus mafia peradilan ini KPK telah menangkap sejumlah perangkat peradilan. Setidaknya KPK telah menangkap tangan terhadap Ka Subdit Kasasi dan PK MA serta Hakim dan Panitera PTUN Medan. KPK juga telah menangkap Jaksa di Jawa Barat. Serta operasi tangkap tangan makelar kasus yang diduga melibatkan Jaksa yang bertugas di Kejati DKI Jakarta.




(Safari)

Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres



Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres

Sabtu, 12 April 2014 11:27
Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres
surya/faiq nuraini

Petugas RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto saat menyiapkan ruangan khusus untuk caleg jika stres gagal nyaleg, Rabu (19/2/2014).

SURYA Online,JOMBANG - Kendati penghitungan suara pileg belum resmi diumumkan, namun calon anggota legislatif (caleg) yang merasa perolehan suaranya tak mampu menembus kursi parlemen, sudah ada yang stres.
Mereka mencari ‘pelarian’ ke tempat-tempat ‘orang pintar’ guna menenangkan diri.
Setidaknya itu diakui Ketua Majelis Zikir Qurrota A'yun Jombang, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas.
"Ada satu caleg yang datang. Dia menangis, mentalnya drop. Dia belum bisa menerima kekalahannya. Dia ingin menenangkan diri," kata Gus Dimas, Sabtu (12/4/2014).
Namun Dimas yang beralamat di Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Jombang ini enggan mau menyebut identitas caleg tersebut, karena alasan melindungi privasi caleg bersangkutan.
“Yang jelas, dia orang luar Jombang,” imbuh Gus Dimas.
Ustad muda ini menceritakan, caleg tersebut membeberkan semua ganjalan hati dan unek-uneknya.

Antara lain, soal ludesnya harta benda dan uang pinjaman akibat digunakan sebagai ‘ongkos politik’.
Mulai pemasangan alat peraga kampanye, sangu para pemilih dan sampai kebutuhan sosialisasi, baik untuk tim sukses maupun dirinya sendiri.
Namun ironis, meski harta sudah ludes, perolehan suara dipastikan jauh dari signifikan.
Karena kondisi itu pula, si caleg mengalami depresi hebat. Dia ngomongnya mulai ngelantur. Menuduh dikhianati tim suksesnya, menilai masyarakat mata duitan, hingga merasa perolehan suaranya 'dicuri' secara gaib oleh lawan politik.
"Sebagai permulaan, saya dengarkan saja curhatnya. Setelah itu secara perlahan kita kuatkan hatinya," kata Gus Dimas yang juga Ketua Peguruan Silat NU Pagar Nusa Peguron Sapujagad Jombang, ini.
Tahap selanjutnya, sambung Gus Dimas, dirinya melakukan penguatan mental baik lewat keluarga maupun lewat siraham agama Islam kepada caleg depresi tersebut.
Untuk pendekatan agama, Gus Dimas mengajak caleg melakukan istigfar, wirid, berdoa dan mengadukan semua yang dialami kepada Allah.

"Selain itu juga saya ajak mandi malam dan salat malam. Dengan begitu yang bersangkutan selalu ingat Allah," jelas Gus Dimas.
Gus Dimas mengatakan, caleg yang mendatangi Majelis Zikir tersebut menjalani ‘rawat jalan’. Namun begitu, dia berusaha memantau perkembangan caleg tersebut lewat keluarganya.



"Saya agendakan setiap pekan sekali bertemu langsung guna mengecek perkembangannya," tutur Gus Dimas.

Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi



Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi
Selasa, 31 Mei 2016 11:45:59
Reporter : Yusuf Wibisono

1
Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi
Jombang (beritajatim.com) - Tokoh muda NU (Nahdlatul Ulama) Jombang, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, meminta segenap masyarakat untuk meningkatkan toleransi selama bula suci Ramadan. Dengan begitu, Ramadan akan penuh dengan nilai-nilai keberkahan.

"Alhamdulillah, kita siap memasuki bulan suci Ramadhan. Sucinya bulan Ramadan ini mari kita jaga bersama, biar menjadi berkah buat semua. Baik bagi umat muslim, baik juga buat non muslim. Mari kita jaga toleransi," kata Gus Dimas saat menyampaikan pesan datangnya bulan Ramadan, Selasa (31/5/2016).

Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Sapujagad ini juga berpesan, ormas Islam jangan sampai merazia warung bertirai yang masih jualan. Karena hal itu sama halnya merampas hak warga non muslim dan orang-orang yang sedang berhalangan menjalankan ibadah puasa.




Namun demikian, Gus Dimas berharap agar tempat karaoke berhenti beroperasi selama Ramadan. "Dengan begitu, suasana Ramadan di Kota Santri akan berlangsung kondusif. Mari kita warnai Kota Jombang dengan segala amalan positif. Jangan sampai ada sweeping oleh ormas. Karena hal itu wewenang kepolisian," pungkas Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun Jombang ini. [suf/kun]

Pertahankan Hukuman Mati

Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama



Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama



Rabu, 20 Juli 2016 | - 10:06:17
Share Tweet
Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama 



FEMINDONESIA.COM / ISTIMEWA
FEM Indonesia – Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Bawedan kepada orangtua untuk mengantar anak di hari pertama sekolah disambut baik masyarakat. Karena itu banyak orangtua yang tidak menyia-nyiakan ajakan menteri ini. Lantas adakah dampak psikologis yang ditimbulkan ?



Kepada Femindonesia.com, Ketua Qurrota A’yun Psychology Consultan Dimas Cokro Pamungkas mengatakan dengan mengantar anak di hari pertama masuk sekolah akan terjalin psikis positif antara anak dan orangtua. Sehingga kedekatan pun kian menguat.



“Sangat berpengaruh. Si anak akan merasakan ikatan kasih sayang orangtua yang akan memacu tumbuh kembang. Sementara bagi orangtua siswa hal ini juga sangat positif, mengingatkan betapa pentingnya perhatian mereka untuk mensupport psikologi sang anak,” katanya.
Selain itu, orangtua juga bisa lebih kenal dengan tempat si anak menimba ilmu dan dapat bertukar informasi soal perkembangan siswa dengan guru.



“Orangtua juga bisa menilai, memberi masukan ataupun meminta informasi dari pihak sekolah tentang perkembangan anak, begitu pula sebaliknya, sekolah juga bisa komunikasi dengan orangtua siswa untuk bisa mengoptimalkan proses belajar mengajar nantinya. Ini positif buat semua, karena sekolah, orang tua dan murid adalah satu kesatuan untuk kesuksesan dalam belajar mengajar,” paparnya lagi.
Karenanya, pendorong Gerakan Lindungi Anak dan Wanita ini sangat mensupport ajakan Anis Bawedan tersebut. Terlebih hal itu bakal berdampak bagi si anak dalam perkembangannya kelak.






“Saya sangat mendukung, kebijakan yang terlihat sepele tapi berdampak besar dan dahsyat di belakangnya nanti. Faktor psikologis anak akan menentukan kesuksesan si anak dalam menghadapi masa depannya,” imbuhnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

KONTRA HUKUM KEBIRI, DIMAS : JIKA KORBAN ITU IBU, ADIK ATAU ANAK, MASIH MAU BELA PELAKU ?



KONTRA HUKUM KEBIRI, DIMAS : JIKA KORBAN ITU IBU, ADIK ATAU ANAK, MASIH MAU BELA PELAKU ?

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual yang bakal diberlakukan pemerintah melalui Perpu menuai banyak pujian. Salah satunya dari psikolog Dimas Cokro Pamungkas.

Kepada Femindonesia.com, Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) ini gembira dengan hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual. Namun demikian dalam pelaksanaan nanti harus tetap dalam koridor hukum yang berlaku.

"Menurut saya pribadi hukuman ini sangat bagus, bagus sekali, tinggal dikawal implementasinya, harus benar-benar sesuai prosedur. Jangan sampai salah eksekusi pada orang yang sebenarnya tidak bersalah," katanya.

Pria yang pula pemerhati perilaku kalangan selebritas ini juga menganggap wajar masih adanya pro kontra jika hukuman kebiri diberikan pada pelaku. Hal tersebut menunjukan ada perhatian terhadap kejahatan yang kini mengincar hampir semua usia kaum hawa.

"Pro - kontra dalam masyarakat itu wajar, malah bagus berarti semua mau berfikir berdasarkan pemahaman masing-masing, ada yang melihat dari sisi agama, HAM dan lain - lain," lanjutnya.

Namun di sisi lain, Ketua Qurrota A'yun Psychology Consultant ini juga mempertanyakan pihak yang kontra terhadap hukuman kebiri. Apalagi beban psikis yang mesti ditanggung korban sangat berat.




"Sebenarnya kita balik saja pola pikir kita bagi yang kontra hukuman ini dengan alasan HAM. Kenapa kita harus memikirkan HAM seorang penjahat yang dia sendiri sama sekali tidak memikirkan HAM korbannya ? Bagaimana si korban yang harus menanggung beban psikis selama hidupnya, apa ada jaminan si korban bisa bangkit psikologinya ? juga andai yang jadi korban pemerkosaan itu adalah ibu, adik atau anak si pembela HAM pelaku, apakah mereka masih bisa berteriak untuk memperjuangkan HAM buat pelaku ?," paparnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Pemburu Pokemon Harus Malu dengan Nasib Anak Korban Perang

http://www.harianterbit.com/mediakit/read/2016/07/25/66256/40/40/Pemburu-Pokemon-Harus-Malu-dengan-Nasib-Anak-Korban-Perang

Pemburu Pokemon Harus Malu dengan Nasib Anak Korban Perang

Istimewa
Jakarta, HanTer - Permainan Pokemon Go yang sedang booming di masyarakat menjadi keprihatinan Dimas Cokro Pamungkas, pemerhati dan aktivis perlindungan anak-anak. Alasannya saat ini di Suriah banyak anak-anak korban perang yang perlu ditemukan dan selamatkan nyawanya.

"Setidaknya kasih perhatian lebih dan uluran nyata kita. Mereka anak-anak yang belum tentu hidup bulan depan, karena mereka harus hidup di keras dan kejamnya dunia peperangan," kata Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Senin (25/7/2016).

Dimas meminta para pemburu Pokemon untuk bersikap dewasa. Karena ketika memburu dan tertawa-tawa dengan childishnya saat menemukan Pokemon di dunia maya maka perlu diketahui bahwa di Suriah banyak anak-anak Pokemon dunia nyata yang perlu ditemukan dan selamatkan. Saat ini nyawa anak-anak tersebut terancam dan bisa saja tidak berumur panjang.

"Okay tidak perlu di Suriah, di negeri kita juga banyak anak terlantar, temukan mereka, salurkan zakat mall kalian, beri sedikit santunan dan curahan kasih sayang, sama-sama mencari dan menemukan, tapi insya Allah mencari Pokemon dunia nyata ini berbuah pahala," tegasnya.

Dimas menilai, Indonesia yang saat ini jalanannya sudah padat kendaraan ini juga lebih membutuhkan manusia yang beretika dalam berlalulintas, bukan kumpulan orang dewasa yang seenaknya membahayakan pengguna jalan lain hanya demi mendapatkan teman khayalan yakni Pokemon.

"Masih banyak hal yang lebih positif buat salurkan energi dan buang kepenatan kita selain dengan kejar-kejar teman hayalan Si Pokemon. Setidaknya, malulah pada umur, malu pada anak istri/suami, malu sama pasangan/pacar, wes pada tua kok podo koyok arek cilik," tegas Dimas yang juga aktif sebagai pengurus Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Pokemon Go adalah permainan yang menggunakan teknologi augmented reality (AR) digarap Niantic bekerja sama dengan Nintendo dan The Pokemon Company. Game tersebut menggabungkan game dengan dunia nyata dan mengajak pemainnya berburu Pokemon yang tersebar di berbagai tempat di dunia nyata. Memanfaatkan kamera dan teknologi AR, pemain bisa melihat berbagai Pokemon yang ada di sekitarnya.

(Safari)

Video "Lelaki Kerdus", Rusak Generasi Masa Depan Bangsa



Video "Lelaki Kerdus", Rusak Generasi Masa Depan Bangsa

NUSANTARA JUM'AT, 01 JULI 2016 , 16:17:00 WIB | LAPORAN: TANGGUH SIPRIA RIANG

RMOL. Beredarnya video lagu "Lelaki Kerdus" merupakan bentuk ketidakpekaan seniman terhadap psikologi anak.
BERITA TERKAIT
Tidak Cukup Hanya Menaikkan Harga Rokok
Politisi Demokrat Ajak Warga Jakarta Lebih Peduli Anak
Keluarga Tempat Terbaik Pendidikan Karakter Anak

Akibat terlalu berpegang pada kebebasan seni, lalu semuanya menjadi kebablasan tanpa kontrol. 

"Tidak ada pesan moral dalam lagu itu. Isinya tentang kebencian pada ayahnya yang kawin lagi, dan caci maki," ujar psikolog artis, Dimas Cokro Pamungkas, kepada wartawan, Jumat (1/7).

Dimas juga mempertanyakan pemikiran orang tua dan keluarga si penyanyi.

Menurutnya, demi bisa rekaman sebagai penyanyi rela meracuni pikiran anaknya yang menyanyikan lagu berisi aneka hujatan dan segala macam ungkapan kebencian. 

"Gemes saya dengan lagu ini, benar-merusak mental generasi masa depan. Pencipta lagu juga harus ditindak tegas. Supaya tidak ada lagi lagu semacam itu," tegas tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

Selain sanksi tegas, Dimas juga menyoroti KPAI selaku lembaga perlindungan anak yang dinilai kurang peka.

Seharusnya, kata Dimas, KPAI harus kebih peka bertindak konkret, bukan hanya mengamati saja. 

"Kalau mereka (KPAI) menganggap ini biasa saja, biar saya yang memperkarakannya," papar Dimas. 

Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyurati Youtube untuk menghapus video lagu "Lelaki Kardus".




Sebelumnya, beredar video lagu berjudul "Lelaki Kerdus". Lagu tersebut dinyanyikan seorang anak, namum isinya tidak mencerminkan anak-anak pada umumnya. Karena lagu tersebut layaknya lagu dewasa dengan nada-nada dan bahasa yang kasar serta tidak mendidik. [zul]

INI ANALISA ARTI SENYUMAN SAIPUL JAMIL MESKI DIVONIS 3 TAHUN PENJARA

Link Berita:

26 Juni 2016: 05:15:46 | www.femindonesia.com
INI ANALISA ARTI SENYUMAN SAIPUL JAMIL MESKI DIVONIS 3 TAHUN PENJARA

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Entah karena sudah bawaan atau hal lain, senyum selalu ditebar oleh Saipul Jamil kala dirinya tersandung kasus dugaan pelecehan seksual yang kini telah divonis 3 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tak tanggung-tanggung, sejak ditangkap polisi hingga proses sidang berlangsung, mantan suami Dewi Persik itu dianggap tegar karena kerap mengumbar senyuman hingga masih bisa menyanyi walau di dalam sel. Tak hanya pada media peliput tetapi juga masyarakat yang ada di lokasi sidang.

Namun usai vonis, kakak Saipul Jamil, Samsul Hidayatullah justru tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi lantaran duga pengaturan masa hukuman dengan oknum Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Karena itu muncul pertanyaan, apakah senyum tersebut sengaja dilakukan Saipul Jamil sebagai upaya mengurangi beban psikisnya?
"Tepat sekali, dia berusaha memanipulasi pikiran lewat senyuman dan dasarnya si Saiful Jamil kan murah senyum orangnya. Dia ingin terkesan semua baik-baik saja, dalam kendali, karena merasa sudah ada jalan untuk mengamankan kasusnya lewat belakang," papar pengamat psikologi artis Dimas Cokro Pamungkas.
Tetapi Ketua Qurrota Ayun Psychology Consultant ini menambahkan bahwa sebenarnya ada pula rasa gelisah dalam diri pria yang akrab disapa Bang Ipul ini yang tak bisa disembunyikan.
"Namun kadang kala kegelisahan dia bisa kita tangkap di sorot matanya, suka kosong namun sesaat kemudian terlihat berfikir keras, mungkin berfikir yang buruk terhadap kasusnya, apalagi para pasukan di belakangnya sekarang tertangkap semua, sudah, blank-lah dia," tambahnya.
Selain untuk memanipulasi beban psikis yang dialami, sambung Dimas, senyuman yang diumbar Saipul diduga masih berkaitan dengan tindakan kakaknya terhadap oknum Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang sekarang terus diproses Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Sangat bisa, dia merasa aman, ada harapan akhir indah di kasus ini, merasa sudah bisa membeli hasil akhir kasus ini," tandas pria yang menetap di Geylang Singapura. [teks: denim]