Para Pendukung Kandidat Pilkada Jangan Mau Diadu Domba




Para Pendukung Kandidat Pilkada Jangan Mau Diadu Domba
Minggu, 25 September 2016 16:41 WIB
Jakarta, HanTer - Pemilihan gubernur DKI Jakarta sudah di depan mata. Konstelasi politik pun semakin panas. Bahkan diantara pendukung sudah siap pasang badan agar jagoannya bisa duduk di Jakarta 1. Tapi siapa sangka disaat pendukungnya saling serang dan gontok-gontokan para kandidat justru terlihat akrab dan selfi bersama.
Saat ini foto tersebut menjadi viral di media sosial. Terlihat petahana Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni, Anies Baswedan - Sandidga Uno foto selfi dan tersenyum sumringah tanpa sedikit ada ketegangan diantara mereka.
Akrabnya para kandidat untuk pemimpin Jakarta mendapat apresiasi dari tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), Dimas Cokro Pamungkas. Ia pun meminta para pendukung kandidat tersebut untuk tidak terpengaruh dan mau diadu domba oleh para oknum yang hanya menarik keuntungan dari ajang pilkada.
"Lihat, para kandidat saja bisa berkumpul dan berfoto tersenyum lepas bersama, kenapa yang hanya pengikut banyak yang saling sikut?," tanya Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Minggu (25/9/2016).
Menurut Dimas, dengan keakraban para kandidat maka para pendukungnya jangan mau diperalat dan dipermainkan para mafia pilkada yang penuh kepentingan. Langkah awal para calon DKI 1 dan 2 sudah sangat tepat dan menyejukkan dengan kumpul bersama tanpa ada ketegangan. Penampilan para menunjukan mereka mengedukasi para pemilih tanpa harus rusuh dan kotor.
"Pilkada bisa sukses dengan bersih, penuh kekeluargaan dan rasa kasih sayang," jelasnya.
Dimas menuturkan, DKI Jakarta merupakan ibu kota negara yang menjadi cerminan Indonesia. Jakarta juga bisa disebut Indonesia kecil karena pusatnya pendatang dari seluruh daerah Indonesia lainnya. Selain itu Jakarta juga menjadi pusatnya pembangunan, pusatnya perekonomian, pusatnya pendidikan.
"Jadi baik buruknya Indonesia sebenarnya bisa kita lihat dari kondisi DKI Jakarta terkini dalam segala bidang, termasuk dalam proses pilkadanya," paparnya.
Dimas berharap warga DKI Jakarta dewasa dan menjadi contoh bagi pilkada daerah lain. Sudah bukan saatnya perbedaan SARA, militer non militer, atau perbedaan gender dijual. Apalagi warga Jakarta juga sudah jauh lebih pintar sehingga tidak akan termakan isu-isu SARA yang dihembuskan oleh oknum-oknum tertentu.
"Warga Jakarta jangan mau dihasut oleh oknum tokoh yang menanamkan kebencian dalam ajang pilkada," jelasnya.
Dimas mengungkapkan, jika terhasut maka bukannya mendapatkan pemimpin yang tepat tapi malah mendapatkan dosa. Oleh karena itu sudah saatnya cermat dalam memilih dan memilah mana tokoh yang bisa dijadikan tuntunan, tokoh yang suka asal biarlah cukup kita jadikan tontonan.
(Safari)
Link Berita:
http://www.harianterbit.com/m/megapol/read/2016/09/25/69450/28/18/Tokoh-Muda-NU-Para-Pendukung-Kandidat-Pilkada-Jangan-Mau-Diadu-Domba
Link Berita:
http://m.cakranews.com/welcome/read/2016/09/25/4746/0/20/Kandidat-Bisa-Selfie-Bersama-Kenapa-Pendukung-Saling-Sikut-dan-Gontok-gontokan

Jika Terbukti Lecehkan Anak, Ini Hukuman Yang Pantas Untuk Aa Gatot


Jika Terbukti Lecehkan Anak, Ini Hukuman Yang Pantas Untuk Aa Gatot

FEMINDONESIA.COM / ISTIMEWA
FEM Indonesia - Kasus Aa Gatot Brajamusti masih bergulir di kepolisian hingga kini. Mantan ketua Parfi ini terjerat kasus narkoba, kepemilikan senjata api hingga dugaan pelecehan terhadap anak. Ragam opini masyarakat pun bermunculan. Salah satunya dari Dimas Cokro Pamungkas. Pengamat psikolog artis yang juga aktivis Lindungi Anak dan Wanita ini mengaku prihatin sekaligus miris dengan kasus tersebut. Terlebih diduga dilakukan oleh orang yang penampilannya seperti tahu ilmu agama.

“Sangat miris, seorang yang dianggap berilmu agama punya tindak tanduk seperti itu, tidak ada sedikitpun sikap. Sifat dia yang mencerminkan rasa cinta welas asih pada anak-anak dan wanita, sebagai seorang ketua Parfi yang notebene di dalamnya penuh orang pintar dan cerdas, ternyata pemimpinnya hanya seperti ini,” urainya kala dihubungi Ahad (18/9).

Kepada Femindonesia.com, ketua Qurrota Ayun Psychology Consultant itu pun mengatakan jika semua kasus yang dituduhkan terbukti di pengadilan maka hukuman berat sudah selayaknya diberikan pada Aa Gatot. Bahkan hukuman kebiri pun tepat dijatuhkan padanya.

“Perkosaan anak dan wanita, penyimpangan akidah lewat padepokannya, pemakaian narkoba, kepemilikan senjata api ilegal, hukuman apa yang pantas buat pelaku kejahatan selengkap itu ? Seberat-beratnya ! sangat layak buat proyek percontohan hukum kebiri bagi pelaku pemerkosaan,” tegasnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Link Berita:



Gatot Brajamusti Harus Dihukum Kebiri


Gatot Brajamusti Harus Dihukum Kebiri
Jumat, 16 September 2016 10:15 WIB


Jakarta, HanTer - Gatot Brajamusti alias Aa Gatot, yang mengaku guru spiritual layak dihukum kebiri sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan ke 2 atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telaj dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya, Aa Gatot tersangkut banyak kasus hukum terutama terkait dengan perilaku seks yang menyimpang. Selain tersangkut narkoba dan kepemilikan senjata api ilegal, Aa Gatot juga terkait pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap anak-anak di bawah umur yang jumlahnya sampai puluhan. Jika tidak dikebiri maka bisa menimbulkan Aa Gatot yang lainnya.

"Aa Gatot ini luar biasa, karena dia bisa buat orang geleng-geleng kepala dengan segala kelakuannya. Selain itu dia mengaku sebagai guru spiritual yang melencengkan akidah para pengikutnya. Beberapa artis juga dibuat bertekuk lutut seperti kerbau yang dicocok hidungnya," kata aktivis perlindungan anak dan perempuan, Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Jumat (16/9/2016).

Menurut Dimas Cokro yang dikenal sebagai Pengamat Psikologi Artis ini mengatakan, selama ini Aa Gatot dikenal sebagai publik figur karena selain guru spiritual, dia juga artis, pemilik group band dan ketua Parfi. Oleh karenanya Aa Gatot bisa dijadikan contoh pada publik bagaimana hukuman setimpal bagi tindak kejahatan yang memperkosa, narkoba dan memiliki senjata api ilegal.

"Saya minta harus dikenakan hukuman kebiri. Karena saya melihat 'punishment' untuk kasus ini masih belum terasa," tegasnya.

Lebih lanjut Dimas Cokro mengatakan, dengan adanya seorang publik figur yang menjadi penjahat kelas kakap maka akan bisa menjadikan 'shock therapy' bagi para calon penjahat dan siapapun yang punya bakat menjadi jahat untuk berfikir seribu kali ketika melakukan kejahatan tehadap anak dan perempuan.

Saat ini Polda NTB telah menetapkan Aa Gatot dan istrinya, Dewi Aminah, sebagai tersangka kasus dugaan kepemilikan narkotika jenis sabu. Keduanya menjadi tersangka berdasarkan hasil uji laboratorium dan kepemilikan narkotika. Keduanya ditangkap tim gabungan Polres Mataram dan Lombok Barat di kamar Hotel Golden Tulip, kamar 1100, Jalan Jenderal Sudirman No 4 Selaparan, Kota Mataram, Minggu, 28 Agustus 2016, sekitar pukul 23.00 WIB. Selain pasangan suami - istri diamankan enam orang lainnya satu diantaranya penyanyi Reza Artamevia.

(Safari)

Link Berita: