Dalam kitab Nashaihul Ibad karangan Imam Nawawi Al-Bantani
disebutkan bahwa sebagian ahli bijak berkata: “Ada empat perkara yang
nilainya baik, namun ada empat lainnya yang nilainya jauh lebih baik
lagi, yaitu:
Pertama, adanya rasa malu pada kaum lelaki itu baik, namun lebih baik lagi bila rasa malu itu ada pada kaum wanita.
Kedua, adil pada setiap orang itu baik, namun rasa keadilan yang dimiliki oleh pemerintah itu jauh lebih baik lagi.
Ketiga, tobatnya kakek-kakek itu baik, namun lebih baik lagi adalah tobatnya kaum muda.
Keempat, bermurah hatinya kaum kaya itu baik, namun yang lebih baik lagi adalah bermurah hatinya kaum fakir miskin.
Sebagai penyeimbang. Disebutkan kembali bahwa sebagian ahli bijak mengatakan: “Ada empat perkara jelek, namun masih ada empat perkara lain yang lebih jelek lagi, yaitu:
Pertama, perbuatan dosa yang dilakukan oleh kaum muda itu jelek, namun lebih jelek lagi adalah perbuatan dosa yang dilakukan oleh kakek-kakek (orang tua).
Kedua, sibuk oleh segala macam urusan duniawi bagi orang bodoh itu jelek, namun yang lebih jelek lagi bila yang menyibukkan diri dengan urusan duniawi adalah orang ‘alim.
Ketiga, malas beribadah bagi orang awam adalah jelek, namun yang lebih jelek lagi bila malas beribadah itu dilakukan oleh kalangan ulama dan santrinya.
Keempat, berlaku sombong bagi orang kaya adalah jelek, nemun yang lebih jelek lagi adalah berlaku sombongnya orang fakir.
Demikianlah para orang bijak memberi nasehat kepada kita semua. Tidaklah terlalu mendesak untuk kita pusingkan siapa gerangan orang bijak tersebut. Namun alangkah baiknya jika kita menjadikan kedelapan poin diatas sebagai sarana memperbaiki diri.
Bukankah kita diperintahkan untuk melihat apa yang diucapkan bukan siapa yang mengucapkan?
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin dialah termasuk orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah termasuk orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah termasuk orang yang celaka”.
Semoga kita dapat menjadi manusia yang selalu lebih baik pada setiap harinya. Aamiin.
Pertama, adanya rasa malu pada kaum lelaki itu baik, namun lebih baik lagi bila rasa malu itu ada pada kaum wanita.
Kedua, adil pada setiap orang itu baik, namun rasa keadilan yang dimiliki oleh pemerintah itu jauh lebih baik lagi.
Ketiga, tobatnya kakek-kakek itu baik, namun lebih baik lagi adalah tobatnya kaum muda.
Keempat, bermurah hatinya kaum kaya itu baik, namun yang lebih baik lagi adalah bermurah hatinya kaum fakir miskin.
Sebagai penyeimbang. Disebutkan kembali bahwa sebagian ahli bijak mengatakan: “Ada empat perkara jelek, namun masih ada empat perkara lain yang lebih jelek lagi, yaitu:
Pertama, perbuatan dosa yang dilakukan oleh kaum muda itu jelek, namun lebih jelek lagi adalah perbuatan dosa yang dilakukan oleh kakek-kakek (orang tua).
Kedua, sibuk oleh segala macam urusan duniawi bagi orang bodoh itu jelek, namun yang lebih jelek lagi bila yang menyibukkan diri dengan urusan duniawi adalah orang ‘alim.
Ketiga, malas beribadah bagi orang awam adalah jelek, namun yang lebih jelek lagi bila malas beribadah itu dilakukan oleh kalangan ulama dan santrinya.
Keempat, berlaku sombong bagi orang kaya adalah jelek, nemun yang lebih jelek lagi adalah berlaku sombongnya orang fakir.
Demikianlah para orang bijak memberi nasehat kepada kita semua. Tidaklah terlalu mendesak untuk kita pusingkan siapa gerangan orang bijak tersebut. Namun alangkah baiknya jika kita menjadikan kedelapan poin diatas sebagai sarana memperbaiki diri.
Bukankah kita diperintahkan untuk melihat apa yang diucapkan bukan siapa yang mengucapkan?
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin dialah termasuk orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah termasuk orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah termasuk orang yang celaka”.
Semoga kita dapat menjadi manusia yang selalu lebih baik pada setiap harinya. Aamiin.
(Soraya Khoirunnisa Halim)