Emha Ainun Nadjib Bicara Ruwatan
Senin, 01 Juli 2013 02:36:28 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono
Reporter : Yusuf Wibisono
Semarang (beritajatim.com) - Budayawan
asal Jombang, Jawa Timur, Emha Ainun Nadjib bersama Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN
Walisongo Semarang meresmikan “Ruwatan” sebagai bagian dari ajaran Islam
yang diambil dari al-Quran dan Hadits.
"Ruwatan bukan sebagai
budaya Hindu-Budha melainkan sebagai bagian dari ajaran al-Quran yang
dijalankan oleh umat Islam. Ruwatan juga bukan asal usul kebatilan
maupun bid'ah melainkan ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an," ucap
Cak Nun, sapaan akrabnya, seperti dilansir laman resmi PBNU, Minggu
(30/6/2013).
Istilah "ruwatan" sebagai budaya Hindu-Budha ditolak
oleh budayawan berusia 60 tahun itu. Hal itu dikatakanya dalam Guyub
Rukun Bareng Cak Nun Jilid 3, di halaman Ma’had Walisongo, Kampus II
IAIN Walisongo Semarang, belum lama ini.
Ia menjelaskan, ajaran
ruwatan tidak sekedar dilestarikan saja, melainkan juga harus tamasyuk
dibumikan. Hal itu sesuai dengan istilah KH Fadlan Musyafak selaku
pengasuh Ma’had Walisongo ruwatan ialah harokatut tamasyuk bis tsaqafah
wal hadloroh al Indonesiyah.
Menanggapi kelompok yang
mentafsirkan ruwatan sebagai bid'ah dholalah pihaknya menolak. "Keliru
dan salah bila mengartikan istilah ruwatan sebagai bid'ah. Sebab bid'ah
ada yang diperbolehkan dan dilarang dalam hukum syara’. Tamasyuk
merupakan bid'ah khasanah yang harus dijaga dan dibumikan," beber suami
Novia Kolopaking.
Ia mengajak Jamaah Maiyah yang hadir agar tidak
memaknai ruwatan secara menyeluruh. Sebab lanjutnya suatu ajaran yang
diturunkan dari langit ke bumi adalah sesuatu ketentuan, anjuran,
perintah yang sudah baku dan permanen lebih dari itu ada pula ibadah
atau kebaikan yang bermula dari bumi ke langit yang tidak ada dalil
larangannya.
Bagian anjuran yang dibolehkan ajaran agama, kata
penerima penghargaan Satyalancana kebudayaan tahun 2010 itu, ibadah
dibagi menjadi 2 yang diperintahkan dan dilarang sesuai ketentuan
Aluran.
Pertama, ibadah melalui jalur vertikal antara makhluk
dengan sang pencipta yang sudah tidak bisa ditawar dan menjadi ketentuan
baku. Kedua, sambungnya ibadah melalui jalur horizontal, yakni hubungan
ibadah dengan alam, sesama makhluk semisal ruwatan yang merupakan
kebudayaan dari ajaran Islam yang patut dijalankan dan dijaga. [suf/but] beritajatim.com