Tanaman Kemuning |
Kemuning (Murraya paniculata) atau nama sinonimnya Murraya exotica L.; Murraya banati Elm; Chalas paniculata,
merupakan tumbuhan tropis yang dapat mencapai tinggi 7 meter dan
berbunga sepanjang tahun. Daunnya seperti daun jeruk, cuma berukuran
lebih kecil, sering digunakan sebagai tumbuhan hias atau tumbuhan pagar.
Bunganya terminal dan harum, petal 12-18 mm, panjang, putih. Buahnya
akan berwarna merah sampai oranye jika sudah matang,
Kemuning merupakan salah satu tumbuhan yang ditanam di halaman Rumah
Gadang di Minangkabau, yang di dalam Pidato Pasambahan Rumah Gadang
diungkapkan bahwa kamuniang untuak pautan kudo yang artinya kemuning untuk pautan kuda.
Minangkabau: kamuniang
Jawa : kamuning
Bali : kuning
Nusa Tenggara: kemuni (Bima), kemiuning (Sumba), sukik (Bread);
Sulawesi: kamuning (Manado), kamoni (Bare), kamuning (Napier), Palopo (Bugis);
Maluku: eschi (Wetar), fanasa (Aru), kamoni (Ambon)
Jawa : kamuning
Bali : kuning
Nusa Tenggara: kemuni (Bima), kemiuning (Sumba), sukik (Bread);
Sulawesi: kamuning (Manado), kamoni (Bare), kamuning (Napier), Palopo (Bugis);
Maluku: eschi (Wetar), fanasa (Aru), kamoni (Ambon)
Senyawa dari golongan kumarin yang berhasil diisolasi adalah
murrmeranzin, isopropylidene murrangatin, murralonginal and pranferin
Secara tradisional masyarakat Filipina dan Indonesia menggunakan daun kemuning untuk obat diare dan disentri
Masyarakat Minangkabau
secara tradisional menggunakan akar kemuning untuk tangkai pisau atau
ladiang (golok). Urat kemuning ini warnanya bagus dan liat, sehingga
tidak mudah pecah jika digunakan. Kayu kemuning juga bisa digunakan
untuk sempoa, tangkai kuas dan juga untuk tongkat.