Dimas Cokro Pamungkas |
Setiap Muslim pasti pernah membaca bismillah atau bismillahirrahmanirrahim.
Selain menjadi bacaan rutin atau harian, bismillah juga merupakan
bacaan mulia yang didesain Allah SWT sebagai bacaan pembuka semua surat
dalam Alquran kecuali surat at-Taubah atau al-Bar’ah.
Membaca bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita hendak memulai aktivitas yang baik. Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas yang baik) yang tidak dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dengan kata lain, kunci kebaikan dan pangkal keberkahan dalam meraih cita-cita mulia adalah membaca bismillah.
Bismillah bukan sekadar bacaan pembuka, tetapi merupakan zikir hati yang dapat memancarkan cahaya keagungan Sang Pencipta.
Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-Nur, bismillah itu bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya sebagai bacaan pembuka bagi Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah memiliki tiga keagungan yang indah dan perlu dimaknai oleh setiap Muslim.
Pertama, keagungan uluhiyyah (ketuhanan). Semua makhluk bersandar, bergantung, dan memerlukan pertolongan-Nya. Menyebut "Dengan nama Allah yang Mahapengasih Mahapenyayang" berarti meyakini sepenuh hati, Allah SWT adalah sumber kehidupan, poros kebajikan, tujuan pengabdian, dan muara segala nilai keberkahan.
Bismillah memberikan motivasi dan spirit ketuhanan untuk 'menghadirkan' dan 'mengikutsertakan' Tuhan dalam kehidupan kita. Bismillah adalah gerbang menuju keikhlasan dan harapan mulia, yaitu meraih mardhatillah (ridha Allah).
Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak melupakan Allah. Sebab lupa kepada Allah merupakan penyakit hati yang dapat menyebabkan kefasikan dan hilangnya keberkahan hidup ini.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr [59]: 19).
Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan doa bagi Muslim untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah menjadi pintu tercurahnya rahmat Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (QS Al-A'raf [7]: 156).
Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan kepada semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim, terutama di akhirat kelak.
Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya, sehingga hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan dan pertolongan pada hari perhitungan (yaumul hisab) nanti.
Membaca bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita hendak memulai aktivitas yang baik. Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas yang baik) yang tidak dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dengan kata lain, kunci kebaikan dan pangkal keberkahan dalam meraih cita-cita mulia adalah membaca bismillah.
Bismillah bukan sekadar bacaan pembuka, tetapi merupakan zikir hati yang dapat memancarkan cahaya keagungan Sang Pencipta.
Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-Nur, bismillah itu bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya sebagai bacaan pembuka bagi Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah memiliki tiga keagungan yang indah dan perlu dimaknai oleh setiap Muslim.
Pertama, keagungan uluhiyyah (ketuhanan). Semua makhluk bersandar, bergantung, dan memerlukan pertolongan-Nya. Menyebut "Dengan nama Allah yang Mahapengasih Mahapenyayang" berarti meyakini sepenuh hati, Allah SWT adalah sumber kehidupan, poros kebajikan, tujuan pengabdian, dan muara segala nilai keberkahan.
Bismillah memberikan motivasi dan spirit ketuhanan untuk 'menghadirkan' dan 'mengikutsertakan' Tuhan dalam kehidupan kita. Bismillah adalah gerbang menuju keikhlasan dan harapan mulia, yaitu meraih mardhatillah (ridha Allah).
Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak melupakan Allah. Sebab lupa kepada Allah merupakan penyakit hati yang dapat menyebabkan kefasikan dan hilangnya keberkahan hidup ini.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr [59]: 19).
Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan doa bagi Muslim untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah menjadi pintu tercurahnya rahmat Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (QS Al-A'raf [7]: 156).
Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan kepada semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim, terutama di akhirat kelak.
Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya, sehingga hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan dan pertolongan pada hari perhitungan (yaumul hisab) nanti.
Dengan bismillah, Muslim diingatkan agar selalu beristighfar kepada-Nya karena Allah Mahapengampun dan Mahapenyayang.
Keagungan bismillah tidak hanya karena ia merupakan salah satu ayat dari surat Alfatihah, tapi juga induk Alquran itu sendiri.
Dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia adalah ummul Quran (induk Alquran) dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang atau Alfatihah), sedangkan bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.” (HR Addaruqutni).
Keagungan bismillah tidak hanya karena ia merupakan salah satu ayat dari surat Alfatihah, tapi juga induk Alquran itu sendiri.
Dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia adalah ummul Quran (induk Alquran) dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang atau Alfatihah), sedangkan bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.” (HR Addaruqutni).
Bismillah termasuk etika (adab) spiritual untuk 'menyapa' dan mengakrabkan diri dengan Allah SWT.
Keagungan bismillah juga tercermin dari esensi al-Asma’ al-Husna (ar-Rahman ar-Rahim) yang terkandung di dalamnya. Bahkan dua nama dan sifat utama Allah ini sesungguhnya merupakan intisari dari al-Qur’an.
Dalam buku Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wal Af’al karya ‘Ala’uddin al-Muttaqi dinyatakan “Semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah itu (esensinya) ada dalam Alquran.
Semua yang ada dalam Alquran itu ada dalam surat al-Fatihah. Sedangkan semua yang ada dalam al-Fatihah itu ada dalam bismillah.”
Oleh karena itu, kita harus selalu membaca bismillah dalam memulai segala sesuatu yang positif agar aktivitas kita bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.
Kita pun harus yakin aktivitas yang didahului dengan bismillah dapat mendatangkan kebaikan dan kemuliaan; sebaliknya bismillah dapat menjauhkan kita dari kesia-siaan dan boleh jadi kemaksiatan.
Keagungan bismillah juga tercermin dari esensi al-Asma’ al-Husna (ar-Rahman ar-Rahim) yang terkandung di dalamnya. Bahkan dua nama dan sifat utama Allah ini sesungguhnya merupakan intisari dari al-Qur’an.
Dalam buku Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wal Af’al karya ‘Ala’uddin al-Muttaqi dinyatakan “Semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah itu (esensinya) ada dalam Alquran.
Semua yang ada dalam Alquran itu ada dalam surat al-Fatihah. Sedangkan semua yang ada dalam al-Fatihah itu ada dalam bismillah.”
Oleh karena itu, kita harus selalu membaca bismillah dalam memulai segala sesuatu yang positif agar aktivitas kita bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.
Kita pun harus yakin aktivitas yang didahului dengan bismillah dapat mendatangkan kebaikan dan kemuliaan; sebaliknya bismillah dapat menjauhkan kita dari kesia-siaan dan boleh jadi kemaksiatan.
(Muhbib Abdul Wahab)