Saat Ramadhan yang lalu, perwajahan wanita muslim di
negeri ini tampak anggun dan lebih Islami. Terutama di
media kaca. Mereka (terutama para selebritas) terlihat
lebih salihah. Karena ada jilbab (hijab) di wajahnya.
Namun setelah bulan rahmat tersebut berlalu, wajah asli
mereka terihat lagi. Aurat mereka ditampakkan kembali.
Karena itu bagi sebagian orang jilbab terkesan hanya
untuk Ramadhan atau kegiatan keagamaan lainnya.
Di luar itu, jilbab pantasnya diletakkan kembali dan
dimasukkan ke lemari kembali. Naudzubillah . Jika
dikonfirmasi kepada mereka yang berjilbab saat
Ramadhan namun dilepas setelah itu, paling tidak inilah
beberapa alasannya.
Pertama, kalau mengenakan hijab, nanti kecantikannya
tertutup, terus laki-laki yang ingin melihat wajah aslinya,
akan menahan nafsunya. Kalau terus ditahan nafsunya,
itu bisa meledak dan ia melampiaskannya dengan
melakukan pelecehan!
Nah, pemecahannya, ya berarti harus buka hijab(?).
Seandainya jalan pemecahan itu benar, tentu Amerika
dan negara-negara barat akan menjadi negara yang
paling kecil kasus perkosaan dan pelecehan terhadap
wanita di dunia.
Namun pada kenyataannya tidak demikian, bahkan
menurut buku Crime in USA terbitan FBI, dikatakan setiap
enam menit sekali terjadi kasus pemerkosaan di sana.
Kedua, belum mantap hatinya. Boleh saja benar alasan
tersebut, tapi mohon dengan alasan ini hendaknya bisa
membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Allah
dengan perintah manusia.
Jika perintah itu datangnya dari manusia, maka bisa salah
dan bisa benar. Adapun jika perintah itu dari Allah, tidak
ada alasan bagi manusia untuk mengatakan, "Saya belum
mantap."
Bila masih mengatakan hal itu bisa saja dikatakan
keislamannnya belum mantap, padahal ia mengetahui
perintah tersebut dari Allah, hal tersebut menyeretnya
pada bahaya yang sangat besar, yakni keluar dari agama-
Nya, sementara dia tidak menyadarinya.
Dengan begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan
kebenaran perintah tersebut. Perintah untuk berhijab
(kerudung) ada pada QS: Al-Ahzab, ayat 59.
Alasan lain, dikemas diplomatis. “Sebenarnya aku sih
pengen banget pake hijab, tapi kalau Allah belum
memberiku hidayah. Aku mesti bagaimana? Alasan ini
sebenarnya dalih yang menyeret dalam kekeliruan yang
nyata.
Kami ingin bertanya: "Bagaimana Ukhti tahu Allah belum
memberimu hidayah?" Hidayah itu datangnya dari Allah,
namun kita wajib berusaha untuk mendapatkannya.
Tanpa ada usaha tidak mungkin ada hasil.
(Ustaz Muhammad Arifin Ilham)