" Sesungguhnya Kami telah memberi cobaan kepada
mereka (musyrikin Mekkah) sebagaimana Kami memberi
cobaan kepada para pemilik kebun, ketika mereka
bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan
memetik hasilnya di pagi hari, dan mereka tidak
mengucapkan insya Allah."
" Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari
Tuhanmu ketika mereka sedang tidur; maka jadilah kebun
itu hitam (karena terbakar) seperti malam yang gelap
gulita. Lalu mereka saling memanggil di pagi hari."
" Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu
hendak memetik buahnya. Maka pergilah mereka saling
berbisik-bisik: pada hari ini janganlah ada seorang
miskin pun masuk ke dalam kebunmu."
" Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat
menghalangi (orang miskin) padahal mereka mampu
(menolongnya) ."
" Tatkala mereka melibat kebun itu, mereka berkata:
"Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat
(jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh
hasilnya)."
" Berkatalah orang yang paling baik pikirannya di antara
mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu,
hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)!" Mereka
mengucapkan, "Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang zalim."
" Lalu satu sama lain saling berhadap-hadapan seraya
saling mencela. Mereka berkata, "Aduhai celakalah kita;
sesungguhnya kita adalah orang-orang yang melampaui
batas."
Kisah yang termuat dalam surat Alqalam [68] ayat 17-31
tersebut menunjukkan bahwa bakhil atau kikir itu
merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, baik
bagi pelakunya sendiri maupun orang lain, terutama
kaum fakir-miskin.
Allah SWT betul-betul menunjukkan kekuasaan-Nya
dengan mendatangkan petir yang menghanguskan kebun
orang bakhil yang sudah siap dipanen, sehingga ketika
datang ke kebun di pagi buta, mereka hanya bisa gigit
jari atau menyesali diri.
Berbagai musibah yang menimpa negeri ini sangat
mungkin disebabkan oleh kekikiran sebagian
penduduknya, minimal kikir dalam mensyukuri nikmat-
Nya.
Orang bakhil cenderung berkomplot untuk tidak peduli
terhadap nasib fakir miskin. Kekikiran hanya melahirkan
egoisitas dan individualitas yang berlebihan, sehingga
pelakunya tidak memiliki sikap empati dan solidaritas
sosial.
Orang kikir tidak pernah merasa senang jika ada orang
lain memperoleh kenikmatan. " Siapa yang kikir
sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri;
padahal Allah-lah yang Mahakaya. .." (QS Muhammad [47]:
38)
Ramadhan merupakan bulan penuh kasih sayang Allah
SWT. Karena itu, sifat Rahman dan Rahim Allah itu perlu
diteladani dengan banyak berempati, berbagi, dan
bermurah hati.
Peluang untuk bersedekah, berinfak dan berzakat di
bulan suci sangat terbuka lebar, sehingga kita bisa
meniru keteladan Rasulullah SAW bahwa beliau adalah
orang paling dermawan di bulan Ramadhan.
Ramadhan kali ini hendaknya menjadi momentum yang
terbaik bagi kita semua untuk belajar mengikis
kebakhilan yang ada dalam diri kita, mulai dari bakhil
rasa syukur hingga bakhil harta, enggan berempati dan
bermurah hati.
Padahal Allah SWT berfirman: "Siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung ." (QS al-Hasyr [59]: 9).
Ingatlah sabda Nabi SAW: "Orang bakhil itu jauh dari
Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, tetapi dekat
dengan neraka." (HR At-Turmudzi).
Mudah-mudahan Ramadhan ini mendekatkan kita dengan
surga-Nya dengan belajar dan membiasakan diri menjadi
derwaman: ilmu, harta, dan kasih sayang bagi sesama,
sehingga kita terbebas dari penyakit bakhi
(Muhbib Abdul Wahab)