Merawat Alquran

Salah satu keistimewaan yang ada pada bulan
Ramadhan adalah diturunkannya Al Qur’an. “ (Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulanRamadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil)… (QS Al Baqarah 185)”.
Berdasarkan ayat tersebut, fungsi diturunkannya Al
Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam
mengarungi kehidupan.  Di samping itu juga sebagai
pembeda ( furqon) antara yang hak dengan yang bathil.
Sehingga manusia dapat meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akherat.
Peristiwa turunnya Al Qur’an diperingati oleh umat
Islam sebagai Nuzulul Qur’an, yang secara resmi oleh
Pemerintah ditetapkan sebagai Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI). Sehingga, secara kenegaraan, pemerintah
Indonesia, baik di tingkat pusat sampai daerah, setiap
tahun selalu memperingati hari turunnya Al Qur’an, yang
dihadiri oleh para pejabat negara.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh kaum
muslim untuk merawat Al Qur’an?. Diantara beberapa
upaya untuk merawat Al Qur’an
adalah, pertama; Mengimani. Kita harus mengimani
semua bagian Al Qur’an tanpa terkecuali. Jangan sampai
kita hanya mengimani sebagian isi Al Qur’an, yang sesuai
dengan selera dan kehendak kita saja, dan mengingkari
sebagian yang lainnya, jika tidak sesuai dengan selera
dan kehendak kita. Sikap kita terhadap Al-Qur’an
adalah: Sami’na wa atha’naa “Kami mendengar dan kami
mentaati”.
Kedua, membaca (tilawah ). Pada bulan Ramadhan
biasanya dengan tadarusan. Agar dapat membaca dengan
baik dan benar, maka harus mempelajari ilmu
tajwid. Barangsiapa yangmembaca satu huruf dari kitab
Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu
kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala).
Aku tidak mengatakan ”Alif Laam Mim adalah satu huruf
akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu
huruf” (HR. Tirmidzi). Dan bagi orang-orang yang bisa
membaca Al Qur’an dengan baik, kelak di Hari Qiyamat
akan diberi kehormatan untuk membacakan Al Qur’an
dihadapan para penduduk Surga (HR Abu Dawud, At-
Tirmidzi, dan An-Nasai).
Ketiga, Menghafal ( al hifzu) sesuai kemampuan.
Tujuannya agar mempermudah dalam pengamalannya,
seperti pada bacaan Shalat, maupun disampaikan pada
waktu ceramah. Kemampuan manusia dalam menghapal
Al Qur’an, merupakan salah satu cara dari menjaga
keutuhan Al Qur’an itu sendiri. Bahkan orang buta (tuna
netra) juga diberi kemampuan untuk menghapal Al
Qur’an. Sebab, jika terdapat bacaan (lafadz) atau tulisan
(kitab) yang salah, maka para penghapal Al Qur’an akan
mengingatkan kesalahannya. Sehingga menjadi benar
kembali. Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang
didalam hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an
ibarat rumah yang rusak (HR At-Tirmidzi)
Keempat, memahami ( al fahmu). Setiap muslim wajib
memahami isi yang terkandung dalam Al Qur’an. Tanpa
pemahaman yang baik dan benar, maka akan menjadi
sulit untuk mengamalkan. Sebelum kita mengamalkan
sesuatu, kita harus memahami dulu sesuatu itu, supaya
tidak salah dalam mengerjakannya. Sebagai pedoman
hidup yang paling lengkap, jika
kita memahaminya, maka akan mempermudah kita dalam
mengamalkan isinya. Karena Al Qur’an ditulis dengan
menggunakan bahasa Arab, maka cara ideal untuk
memahami Al Qur’an adalah dengan mempelajari bahasa
Arab.
Kelima, diamalkan (al a’mal). Seorang yang memahami
dan mengerti sebuah kebaikan namun tidak
mengamalkan bagaikan lebah yang tidak menghasilkan
madu. Al Qur’an adalahpedoman hidup manusia yang
wajib untuk diamalkan isinya, baik dalam kehidupan diri,
keluarga, masyarakat dan bangsa. Tujuannya
agar manusia dapat menjalani hidup ini dengan baik
sesuai petunjuk Allah Swt. Sehingga setiap langkahnya
akan dibimbing dan mendapatkan ridho dari Allah Swt.
Keenam , disampaikan ( ad dakwah ). Kebaikan bukanlah
hanya untuk diri sendiri saja. Alangkah baiknya apabila ia
dapat dirasakan oleh orang lain. Kebaikan yang terus
menyebar ini akan menjadi ladang amal yang terus
mengalir bahkan apabila kita sudah meninggal sekalipun,
laksana air zamzam yang tak pernah berhenti
memancar.
Masih banyak umat Islam yang belum mengetahui
kewajiban-kewajiban ini. Sebagai sesama muslim tentu
kita
wajib menyampaikannya. Sabda Nabi Muhammad Saw : “Sampikanlah
dariku walaupun hanya satu ayat” .
Inilah salah satu refleksi yang harus kita lakukan di
akhir bulan Ramadhan, sambil kita beriktikaf. Sehingga
kita dapat terus berikhtiar untuk
menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an
dan Sunnah. Wallahu’alam.
(Faozan Amar)