Begini Kebiasaan Makan Orang Jawa Masa Lalu



Begini Kebiasaan Makan Orang Jawa Masa Lalu
Syahrul Ansyari, Dody Handoko
Kamis, 16 Juli 2015, 05:17 WIB

VIVA.co.id - Dalam buku The History of Java, Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, menuliskan orang Jawa memiliki beberapa pantangan dalam hal makanan. Karena beragama Islam, maka tidak memakan daging babi dan meminum arak. Beberapa keluarga yang masih berpegang kepada kepercayaan Hindu tidak memakan daging lembu atau sapi.

Makanan pokoknya adalah sayur-sayuran dan nasi. Lauk pauk kesehariannya berupa ikan, unggas dan ayam. Ikan paling banyak dimakan, sisa yang tidak dimakan diasinkan atau dikeringkan untuk dijual ke daerah pedalaman.

"Tradisi kuliner masa lalu yang masih tersisa di Trowulan adalah ikan wader goreng pakai sambal," ujar budayawan Trowulan, Dimas Cokro Pamungkas.

Orang Jawa tidak makan kura-kura atau hewan amfibi lain. Daging kerbau, kambing, rusa dan berbagai jenis unggas yang menjadi lauk-pauk banyak tersedia di pasar. Daging kuda juga banyak disukai namun kemudian penyembelihan kuda dilarang.

"Dulu daging rusa yang dikeringkan dan diasapi telah dikenal luas yang disebut dendeng, dan banyak diminati di Pulau Jawa," katanya.


Mengungkap Kebiasaan Pasang Susuk Kalangan Artis
Garam dapur diproduksi di seluruh distrik, tetapi karena diproduksi di daerah pantai, maka di daerah pedalaman harganya menjadi lebih mahal. Gula yang diproduksi tidak berasal dari gula tebu, melainkan dari pohon aren atau kelapa. Pembuatannya dengan merebus air pohon atau 'tari', yang dihasilkan kelopak bunga muda yang sengaja ditoreh untuk keperluan ini.

Beras yang telah ditumbuk kemudian dikukus, seringkali dimasak dengan sedikit air. Beras yang dikukus akan menjadi nasi putih yang harum dan terkadang dijual ke pasar atau di pinggir jalan.

Jagung biasanya dibakar dengan gagangnya dan beberapa masakan dimasak dengan santan pedas yang disebut sebagai 'gulai melayu'. Selain makanan utama, mereka mempunyai beberapa jenis kue dan kudapan yang terbuat dari ketan.

Orang Jawa suka mewarnai masakan mereka, di antaranya telur rebus yang diwarnai coklat atau kuning, dan bahkan dengan warna merah.

Bumbu yang paling sering dipakai untuk memberi rasa pedas adalah lombok (cabai), yang apabila ditumbuk dengan garam dinamakan sambal. Rasanya bervariasi tergantung bahan lain yang digunakan, yang paling umum dipakai adalah terasi.

"Apabila beberapa sayuran dimasak menjadi satu dan direbus, maka disebut 'jangan' atau sayur hijau untuk lauk. Beberapa jenis sayuran merupakan menu utama di Jawa, di antaranya pindang dan semur," tambah Dimas.

Telur asin juga salah satu lauk utama di Jawa. Telur bebek yang jumlahnya sangat banyak diawetkan dengan cara dilumuri garam dan abu, atau garam dan batu bata serta dibungkus dengan daun lebar lalu disimpan dalam bak kayu besar atau lubang dari tanah. Telur akan masak dalam waktu 10 hari, tetapi biasanya disimpan lebih lama dan bisa tahan berbulan-bulan karena telah dilumuri oleh garam.

Dalam mempersiapkan makanan, orang Jawa sangat memperhatikan kebersihan seperti layaknya penduduk Asia lainnya. Dalam masalah selera makan, mereka berada di antara selera orang Hindu yang sangat bersih dan orang China yang memakan segala jenis makanan.

Air putih merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi penduduk yang biasanya direbus dahulu dan diminum saat masih hangat. Beberapa menaruh kayu manis atau rempah-rempah ke dalam minumannya. Teh biasanya di tengah hari saat istirahat.

Orang Jawa makan dua kali dalam sehari. Pertama disebut 'mangan awan', yaitu makan utama pada waktu siang atau sebelum tengah hari dan kedua 'mangan wengi' atau waktu makan malam, yaitu antara jam 7-8 malam. Makan pagi yang terkadang dilakukan penduduk dinamakan 'sarap'.

"Penduduk yang berpergian pada pagi hari biasanya menyempatkan diri minum secangkir kopi. Kebiasaan ini masih dilakukan di Lasem, maka di sini banyak warung kopi tradisional," kata budayawan Lasem, Yon Suprayoga.




© VIVA.co.id