SIKAP TENANG JESSICA BERUJUNG TERSANGKA, INI KATA PSIKOLOG



SIKAP TENANG JESSICA BERUJUNG TERSANGKA, INI KATA PSIKOLOG

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Penetapan tersangka terhadap Jessica Kumala Wongso akhirnya diberikan polisi. Padahal kasus kopi bersianida dengan korban Wayan Mirna Salihin ini sudah berjalan hampir sebulan. Namun penyidik, saat itu, belum menentukan tersangka. Jessica sendiri sempat berstatus sebagai saksi. Dalam menjalani pemeriksaan polisi, sikap tenang selalu ditunjukan Jessica. Bahkan ia tak canggung menebar senyum di depan kamera media. Lantas bagaimana psikolog Dimas Cokro Pamungkas melihat hal ini ?

Kepada Femindonesia.com, Dimas mengatakan kendati sikap tenang selalu diperlihatkan Jessica namun perasaan tak nyaman juga sebenarnya muncul. Terlebih kasus ini mendapat sorotan luas masyarakat.

“Dia memang terlihat sangat tenang saat diperiksa maupun di depan media namun sebenarnya kacau juga. Stress dia dengan keadaan ini, mungkin dia berusaha setenang mungkin biar gak dianggap bersalah,” katanya.

Ditambahkan sikap tenang yang ditunjukan dalam pemeriksaan polisi memperlihatkan bahwa Jessica sudah siap dengan situasi demikian. Bahkan dengan ketenangan tersebut ingin mengatakan jika dirinya tidak bersalah.

“Sejauh ini dia siap.Terbukti polisi bingung untuk mencari barang bukti yang bisa menjerat dia. Langkah dia membawa pengacara dari awal, langkah dia datangi Komnas HAM, ketenangan dia di penyidikan dan media seolah ingin berkata, ini lho aku berani karena aku benar dan tak bersalah. Jadi dapat dikatakan dia sudah mempersiapkan diri untuk semua ini,” papar lulusan Universitas Negeri Malang ini, Sabtu (30/1).

Pun disebutkan senyum yang selalu diumbar Jessica merupakan bentuk penyamaran lain agar diri tenang dalam menghadapi pemeriksaan.

“Tepat seperti itu, seolah dia berkata, ini loh aku berani karena aku benar dan tak bersalah. Tapi setenang-tenangnya orang yang bersalah pasti tak bisa membohongi diri sendiri, bahasa tubuh akan tetap berotak dan berbicara seperti ketidakselarasaan apa yang diucapkan dengan gesture wajah, suara dan gaya bicaranya,” ujar Dimas.

Disinggung mengapa penyidik tak menggunakan alat lie detector dalam pemeriksaan, ia mengaku tidak tahu. Tetapi Dimas yakin polisi punya alasan sendiri jika menggunakan alat tersebut.




“Apakah alat itu benar tak digunakan saya tak tahu. Namun bila tak digunakan mungkin polisi menganggapnya sudah tingkatan psikopat. Lie detector sangat akurat digunakan bagi orang lugu, orang takut atau orang yang tak pernah berbohong. Namun bagi pembohong atau psikopat, mereka kemungkinan bisa memanipulasi hasilnya via pola pikir saat di tes, untuk pembohong professional atau psikopat lebih pas digali kebohongannya lewat mobilitas tubuh yang biasa disebut micro expression,” pungkas pria yang juga pengamat psikologi artis itu. [foto : dokumentasi/teks : denim]