GP Ansor Nilai Ahok `Dzolim` Dalam Menggusur Warga Pasar Ikan



GP Ansor Nilai Ahok `Dzolim` Dalam Menggusur Warga Pasar Ikan
Kamis, 14 April 2016 15:31 WIB


Jakarta, HanTer - Penggusuran kawasan Pasar Ikan, Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara disesalkan berbagai pihak. Apalagi dalam penggusuran yang dilaksanakan Senin (11/4/2016) kemarin itu diduga banyak pelanggaran HAM yang dilakukan aparat Pemda DKI terhadap warga yang bermukim di daerah tersebut.

Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor DKI Jakarta menilai, Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok harusnya melakukan langkah konkret sebelum menggusur masyarakat pinggiran yang dianggap kumuh. Langkah konkretnya bisa dengan koperarif atau diskusi yang mengedepankan nilai kemanusian.

"Jangan lakukan dengan kesewenang-wenangan dengan cara kekerasan. Karena agama apapun tidak mengajarkan kekerasan," kata Ketua Hubungan Antar Lembaga PWGP Ansor DKI Jakarta, Redim Oktopudin kepada Harian Terbit, Kamis (14/4/2016).

Menurut Redim, melihat penggusuran pemukiman kawasan Pasar Ikan dengan kekerasan maka Ahok telah melakukan tindakan 'dzolim' terhadap warga kawasan Pasar Ikan. Oleh karena itu jikapun melakukan penggusuran harusnya warga ditempatkan pada lokasi penampungan yang sudah ada. Anak-anak korban penggusuran juga harus dicarikan jalan keluarnya.

"Kita juga harus melihat mata pencairan kebanyakan warga di sana. Harus dipikirkan bagaimana kehidupan mereka setelah digusur," ujar Redim.

Lebih lanjut Redim mengatakan, dzolim yang dilakukan Ahok merupakan tanda kutip. Karena bagaimanapun Ahok mempunyai solusi untuk mengatasi korban penggusuran. Redim mengungkapkan, data yang dimiliki PWGP Ansor setidaknya ada 300 ribu warga DKI yang menjadi korban penggusuran di era Ahok.

"Kita prihatin karena Pemprov DKI melakukan hal-hal yang tidak manusiawi dalam melakukan penggusuran," tegasnya.

Ditempat terpisah Pengurus NU Bidang Kepagar Nusaan, Dimas Cokro Pamungkas mengatakan, memang warga Pasar Ikan mendiami tanah negara. Sehingga harus siap digusur tapi harusnya lebih 'memanusiakan manusia'. Karena bagaimanapun di sana banyak anak kecil yang bisa saja memorinya terisi dengan trauma kekerasan.

"Rakyat juga jangan 'menang ngeyel' padahal tidak punya bukti kepemilikan sedikitpun. Tujuan baik harus dibarengi dengan langkah kongkrit yang baik pula, dengan begitu semoga bisa menjadi baik dan berkah bagi semua," jelas Dimas.

Dimas menilai, dibalik sifat Ahok yang sepertinya kasar terhadap rakyat kecil, sebenarnya bisa digali sifat positifnya yaitu Ahok tidak pencitraan, padahal mau pemilihan DKI 1 tahun depan, andai dia berfikir pencitraan pasti dia tidak mau ambil resiko dimusuhi orang banyak.

"Itulah Ahok, dengan segala tingkah positip - negatifnya, dan sedikit banyak memang mahluk yang paling mirip Gus Dur sejauh ini," paparnya�




(Safari)