Begini Penampakan Pria Jawa Zaman Dahulu



Begini Penampakan Pria Jawa Zaman Dahulu
Siti Ruqoyah, Dody Handoko
Sabtu, 8 Agustus 2015, 06:30 WIB

VIVA.co.id - Dalam buku The History of Java karya Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun1811-1816, orang Jawa digambarkan bertubuh pendek, kekar, tegap, berotot, berbeda dengan bangsa Eropa.

Wajahnya persegi dengan dahi dan dagu tajam, di mana tulang pipinya sangat lebar, alisnya tipis, matanya kecil dan letaknya masuk ke dalam tulang wajah.

Hidungnya kecil, tetapi tidak seperti ras negroid. Bentuk mulutnya biasa, rambutnya kasar, lurus dan hitam. Bahkan, mereka yang tinggal di tempat paling panas tidak segelap ras negroid dan yang tinggal di tempat terdingin pun tidak berkulit seputih orang Eropa. Digambarkan pula bahwa kaki mereka panjang dengan telapak kaki dan pergelangan kecil.

Kulit orang Jawa lebih dikategorikan kuning dibandingkan tembaga atau hitam dan dianggap yang terbagus adalah warna kuning emas, kecuali beberapa yang tinggal di daerah pegunungan yang lebih menyukai warna tembaga.

Orang Jawa yang tinggal di distrik Sunda atau orang Sunda merupakan penduduk gunung dengan ciri lebih lincah dibandingan Jawa Tengah atau Jawa Timur. Sedangkan orang Madura menampakkan ciri lebih perkasa dan bebas serta berjalan lebih tegap.

Menurut Raffles, laki-laki Jawa warna kulitnya seperti emas mentah, kepalanya agak besar, rambutnya lurus dan panjang. Matanya berkaca-kaca, alisnya seperti daun mimbo, bulu matanya seperti bunga tanjung. Hidungnya mancung dan tegak, mempunyai kumis tipis, bibirnya seperti mangga masak, giginya hitam dan berkilat seperti macan kumbang, dada dan bahunya lebar.

“Berdirinya harus tegap dan gagah. Apapun yang dia katakan akan berkesan bagi siapapun di sekitarnya, dan pendapatnya didukung banyak orang,” ujar budayawan Jawa, Kustawa Esye.


Mengintip 'Kumuhnya' Rumah Kelahiran Bung Karno
Pria Jawa suka mengenakan celana cindi dan kain dodot warna hijau tua dengan motif gadong, sabuknya renda emas. Kerisnya bergaya satrian, dan pegangannya bergaya tunggak semi. Sumping (tiruan bunga yang digantung di tiap telinga) terbuat dari emas, dan berpola sureng pati (berani mati), di ibu jari kanannya mengenakan cincin emas.

Dari sisi pakaian, penduduk asli Jawa berpakaian lebih baik dibandingkan penduduk India Barat. Pakaian yang paling umum dipakai semua kalangan di pulau ini adalah kain sarung. Penampilannya tidak seperti kain pendek Skotlandia, berupa sehelai kain bercorak, dengan panjang 6-8 kaki dan lebarnya 3-4 kaki, dijahit di kedua sisinya, dan bentuknya seperti karung tanpa alas yang dijahit.

Laki-laki dari kalangan bawah biasa menggunakan celana kain selutut, dengan jarit atau kain yang melilit pinggang dan menjuntai melewati lutut, seperti gaun pendek. Kain ini selalu diikat di pinggang dengan menggunakan sabuk saat bekerja di sawah atau berpergian, tetapi biasanya dilepas saat bertemu dengan orang yang lebih kuasa. Umumnya orang Jawa memakai kemeja pendek sebatas siku yang disebut ’kalambi’.

Laki-laki dan wanita Jawa secara umum membiarkan rambutnya panjang alami dan tidak dipotong. Kaum laki-laki, kecuali dalam acara tertentu, biasanya melingkarkan rambut mereka di sekeliling kepala dan menjepitnya dengan sisir sirkam di depan. Namun, di kalangan petinggi, merupakan suatu kehormatan untuk membiarkan rambutnya terurai di hadapan atasan mereka.

“Rambut bangsawan Majapahit seperti dituturkan leluhur berambut panjang. Banyak pula yang digelung supaya lebih praktis. Konon, Patih Gajah Mada gaya rambutnya seperti itu,” ujar budayawan Trowulan, Dimas Cokro Pamungkas.

(mus)




© VIVA.co.id