Gus Dimas |
Puasa merupakan ‘ibadah tua’ yang bukan hanya dipraktikkan dan dikenal dalam Islam, tetapi juga menjadi ‘milik’ umat-umat lain.
Allah SWT mengisyaratkan hal tersebut lewat penggalan ayat “… kama kutiba alal ladzina min qablikum… (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu).” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Namun demikian, ada yang khas dalam puasa yang dijalankan umat Islam pada bulan Ramadhan ini. Ada enam kekhasan puasa dalam Islam. Pertama, dari segi waktu. Puasa hanya diwajibkan sebulan dalam setahun selama kurang lebih 13,5 jam dalam sehari semalam.
Masa waktu demikian merupakan ambang batas kemampuan seseorang untuk melakukan puasa (menahan makan dan minum) pada umumnya. Karena itu, hal tersebut sangat manusiawi.
Bandingkan dengan puasa ngebleng, bertapa sampai berhari-hari dan sebagainya. Dapat dibayangkan jika orang disuruh bertapa atau berpuasa berhari-hari, apa yang akan terjadi?
Kedua, dari segi pantangan. Islam ‘hanya’ melarang makan, minum, hubungan seks, dan berbagai perbuatan jelek, haram, maksiat lainnya. Bandingkan dengan puasa dalam ajaran lain seperti puasa mutih, pati geni, dan ngebleng, di mana pantangan dan cegahan lebih banyak dan ‘aneh-aneh’.
Ketiga, dari segi tujuan. Tujuan puasa adalah menjadi insan bertakwa (self-restraint), bahkan kalau bisa menjadi ‘malaikat yang berbentuk manusia’. Bandingkan dengan ajaran puasa lain yang tujuannya untuk kesaktian, mahabbah, kesehatan, tubuh langsing, dan sebagainya.
Keempat, cepat berbuka dan mengakhirkan sahur. Di antara sunah puasa dalam Islam adalah menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu berat dan menyusahkan bagi para pelakunya.
Kelima, diwajibkan hanya bagi yang mampu, dengan kalimat lain tidak semua diwajibkan, yang tidak mampu boleh berbuka dengan mengganti atau membayar fidyah.
Keenam, dari segi manfaat dan hikmah, manfaat puasa dalam Islam adalah all in one. Artinya, manfaat utama menjadikan diri manusia bertakwa insya Allah akan didapat, sementara manfaat ekstra seperti kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, kesucian, terhapusnya dosa, dan segudang manfaat lain akan kita peroleh.
Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa puasa yang kita jalankan lebih manusiawi, bermanfaat, lengkap, dan yang lebih penting mampu membuat kita menjadi ‘malaikat’ yang isinya hanya kebaikan dan ketaatan, jauh dari mengikuti hawa nafsu.
Mari kita isi bulan Ramadhan ini dengan penuh sukacita dengan memperbanyak amal saleh serta manfaatkan betul buat ‘membakar’ dosa-dosa kita, sehingga begitu keluar dari Ramadhan dosa kita sudah terbakar habis, kembali jiwa kita suci bersih seperti ketika hari kita dilahirkan ibu kita.
Allah SWT mengisyaratkan hal tersebut lewat penggalan ayat “… kama kutiba alal ladzina min qablikum… (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu).” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Namun demikian, ada yang khas dalam puasa yang dijalankan umat Islam pada bulan Ramadhan ini. Ada enam kekhasan puasa dalam Islam. Pertama, dari segi waktu. Puasa hanya diwajibkan sebulan dalam setahun selama kurang lebih 13,5 jam dalam sehari semalam.
Masa waktu demikian merupakan ambang batas kemampuan seseorang untuk melakukan puasa (menahan makan dan minum) pada umumnya. Karena itu, hal tersebut sangat manusiawi.
Bandingkan dengan puasa ngebleng, bertapa sampai berhari-hari dan sebagainya. Dapat dibayangkan jika orang disuruh bertapa atau berpuasa berhari-hari, apa yang akan terjadi?
Kedua, dari segi pantangan. Islam ‘hanya’ melarang makan, minum, hubungan seks, dan berbagai perbuatan jelek, haram, maksiat lainnya. Bandingkan dengan puasa dalam ajaran lain seperti puasa mutih, pati geni, dan ngebleng, di mana pantangan dan cegahan lebih banyak dan ‘aneh-aneh’.
Ketiga, dari segi tujuan. Tujuan puasa adalah menjadi insan bertakwa (self-restraint), bahkan kalau bisa menjadi ‘malaikat yang berbentuk manusia’. Bandingkan dengan ajaran puasa lain yang tujuannya untuk kesaktian, mahabbah, kesehatan, tubuh langsing, dan sebagainya.
Keempat, cepat berbuka dan mengakhirkan sahur. Di antara sunah puasa dalam Islam adalah menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu berat dan menyusahkan bagi para pelakunya.
Kelima, diwajibkan hanya bagi yang mampu, dengan kalimat lain tidak semua diwajibkan, yang tidak mampu boleh berbuka dengan mengganti atau membayar fidyah.
Keenam, dari segi manfaat dan hikmah, manfaat puasa dalam Islam adalah all in one. Artinya, manfaat utama menjadikan diri manusia bertakwa insya Allah akan didapat, sementara manfaat ekstra seperti kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, kesucian, terhapusnya dosa, dan segudang manfaat lain akan kita peroleh.
Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa puasa yang kita jalankan lebih manusiawi, bermanfaat, lengkap, dan yang lebih penting mampu membuat kita menjadi ‘malaikat’ yang isinya hanya kebaikan dan ketaatan, jauh dari mengikuti hawa nafsu.
Mari kita isi bulan Ramadhan ini dengan penuh sukacita dengan memperbanyak amal saleh serta manfaatkan betul buat ‘membakar’ dosa-dosa kita, sehingga begitu keluar dari Ramadhan dosa kita sudah terbakar habis, kembali jiwa kita suci bersih seperti ketika hari kita dilahirkan ibu kita.
(Ali Trigiyatno)