Gus Dimas |
Setiap orang pasti berusaha untuk menjaga dan mengangkat harkat dan
martabatnya. Ia tidak rela untuk disingkap aib-aibnya atau pun
dibeberkan kejelekannya. Karena hal ini dapat menjatuhkan dan merusak
harkat dan martabatnya di hadapan orang lain.
“Setiap Muslim terhadap Muslim lain nya diharamkan darahnya, kehormatannya, dan juga hartanya.” (HR Muslim).
Hadis ini menjelaskan kepada kita tentang eratnya hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama Muslim. Bahwa setiap Muslim diharamkan menumpahkan darah (membunuh) dan merampas harta saudaranya seiman.
Demikian pula setiap Muslim diharamkan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, ataupun merusak kehormatan saudaranya. Karena, tidak ada seorang pun yang sempurna dan ma’shum (terjaga dari kesalahan) kecuali para nabi dan rasul. Sedangkan kita, tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan.
Di bulan penuh rahmat ini, hal yang sangat disayangkan, media-media kita masih asyik pada tayangan-tayangan seperti ini. Tayangan gosip yang mereka perhalus dengan sebutan infotainment ini masih tersaji dengan tanpa tedeng aling-aling dan tanpa merasa berdosa.
Bukankah tayangan picisan ini hanya akan menjadikan tersingkap dan tersebar aib seseorang, yang pada gilirannya akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya.
“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” tanya Rasul kepada para sahabatnya.
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,” jawab mereka.
Sabda Rasul, “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membencinya, jika yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu, sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan (fitnah) atasnya.” (HR Muslim).
Aisyah RA pernah berkata kepada Rasulullah tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. “Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan mengubah air laut itu,” jawab Rasul tidak suka. (HR Abu Dawud).
Sekadar menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat teguran keras dari Rasulullah SAW, lalu bagaimana dengan menyebutkan sesuatu yang lebih keji dari itu?
Dari sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku mikraj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Malaikat Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.” (HR Abu Dawud).
Yang dimaksud dengan ‘memakan daging-daging manusia’ dalam hadis ini adalah ghibah atau bergosip. “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian prasangka adalah dosa; janganlah mencari-cari keburukan orang, dan jangan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik terhadapnya...” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
“Setiap Muslim terhadap Muslim lain nya diharamkan darahnya, kehormatannya, dan juga hartanya.” (HR Muslim).
Hadis ini menjelaskan kepada kita tentang eratnya hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama Muslim. Bahwa setiap Muslim diharamkan menumpahkan darah (membunuh) dan merampas harta saudaranya seiman.
Demikian pula setiap Muslim diharamkan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, ataupun merusak kehormatan saudaranya. Karena, tidak ada seorang pun yang sempurna dan ma’shum (terjaga dari kesalahan) kecuali para nabi dan rasul. Sedangkan kita, tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan.
Di bulan penuh rahmat ini, hal yang sangat disayangkan, media-media kita masih asyik pada tayangan-tayangan seperti ini. Tayangan gosip yang mereka perhalus dengan sebutan infotainment ini masih tersaji dengan tanpa tedeng aling-aling dan tanpa merasa berdosa.
Bukankah tayangan picisan ini hanya akan menjadikan tersingkap dan tersebar aib seseorang, yang pada gilirannya akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya.
“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” tanya Rasul kepada para sahabatnya.
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,” jawab mereka.
Sabda Rasul, “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membencinya, jika yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu, sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan (fitnah) atasnya.” (HR Muslim).
Aisyah RA pernah berkata kepada Rasulullah tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. “Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan mengubah air laut itu,” jawab Rasul tidak suka. (HR Abu Dawud).
Sekadar menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat teguran keras dari Rasulullah SAW, lalu bagaimana dengan menyebutkan sesuatu yang lebih keji dari itu?
Dari sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku mikraj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Malaikat Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.” (HR Abu Dawud).
Yang dimaksud dengan ‘memakan daging-daging manusia’ dalam hadis ini adalah ghibah atau bergosip. “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian prasangka adalah dosa; janganlah mencari-cari keburukan orang, dan jangan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik terhadapnya...” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
(M Arifin Ilham)