Gus Dimas |
Seorang Muslim wajib beriman atau mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Sebagaimana TV, Mobil, Kulkas, dan lain-lain yang tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada pembuatnya, begitu pula langit, bumi, bintang, matahari, manusia, dan lain-lain. Tentu ada yang membuatnya, yaitu Allah!
“Kawannya
(yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya:
“Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang
laki-laki yang sempurna?” [Al Kahfi:37]
“Allah
menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mu’min.” [Al
‘Ankabuut:44]
Setelah mempercayai keberadaan Tuhan, ummat Islam wajib beriman bahwa Tuhan itu satu.
Sesungguhnya,
Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan misi menyampaikan kalimat
Tauhid,yaitu agar manusia menyembah Allah semata dan tidak menyembah
sembahan lainnya selain Allah:
“Katakanlah:
“Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
Yang Esa”.
Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya”.” [Al Kahfi:110]
Nabi-nabi
sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim juga mengajarkan tauhid kepada
ummatnya, yaitu agar hanya menyembah satu Tuhan, yaitu: Allah, dan tidak
mempersekutukan Allah dengan yang lain:
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh
kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),” [An Nahl:120]
“Kemudian
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.” [An Nahl:123]
Luqman yang saleh pun dalam Al Qur’an diceritakan menasehati agar anaknya tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:
“Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”.” [Luqman:13]
Seharusnya setiap orang tua mencontoh Luqman untuk menanamkan ajaran Tauhid kepada setiap anaknya.
Dalam Islam,
mengesakan Allah adalah rukun yang pertama. Jika seorang masuk Islam,
dia harus menyatakan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusannya:
“Hadis Ibnu Umar r.a:
Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan di atas lima perkara yaitu
mengesakan Allah, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa
pada bulan Ramadan dan mengerjakan Haji “ [HR Bukhori-Muslim]
Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Pencipta:
“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [Al An’aam:79]
“Segala
puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu)
dengan Tuhan mereka.” [Al An’aam:1]
Jika ada orang
yang menyembah Tuhan selain Allah, misalnya berhala-berhala itu adalah
perbuatan yang sia-sia, karena berhala itu bukanlah Tuhan yang Maha
Pencipta. Justru berhala itulah yang dibuat oleh manusia:
“Apakah
mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat
menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan
orang.” [Al A’raaf:191]
“Katakanlah:
“Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa`at?” Dan
Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah:76]
Menyembah Yesus
atau Isa sebagai Tuhan adalah dosa yang amat besar. Tuhan adalah
Pencipta alam semesta, sedang Yesus atau Isa bukanlah pencipta alam
semesta. Yesus atau Isa adalah seorang manusia yang dilahirkan dari
rahim ibunya, Siti Maryam:
“Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih
putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” [Al Maa-idah:72]
Sesungguhnya,
kafirlah orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu bisa beranak dan
dilahirkan layaknya manusia, sehingga ada lebih dari 1 Tuhan seperti
Tuhan Bapa dan Tuhan Anak. Bagaimana Allah bisa punya anak, padahal dia
tidak punya istri? Adakah (na’udzubillah min dzalik!) mereka mengira
bahwa Tuhan berzina dengan Maryam sehingga punya anak di luar nikah?
Allah SWT membantah kebohongan itu:
“Dia Pencipta
langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu.” [Al An’aam:101]
Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah itu Satu
Allah tempat meminta
Dia tidak beranak dan tidak diperanakan
Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan adalah dosa yang amat besar:
“Dengan
ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al Hajj:31]
“Katakanlah:
“Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang
yang mempersekutukan (Allah)”.” [Ar Ruum:42]
Jelas sekali
bukan ayat Al Qur’an di atas bagi orang-orang yang berpikir atau
berakal bahwa syirik itu adalah perbuatan sesat dan dosa.
Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan itu adalah dosa yang tidak
terampuni. Ini adalah perkataan Allah SWT sendiri yang tertulis di dalam kitab suci Al Qur’an:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]
“Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An
Nisaa’:116]
Jika seseorang
melakukan kemusyrikan, maka sia-sialah amalnya meski mereka banyak
berbuat hal-hal yang dianggap oleh manusia “baik”:
“Itulah
petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan.” [Al An’aam:88]
“Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az
Zumar:65]
“Tidaklah
pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang
mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang
sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.” [At Taubah:17]
Sesungguhnya,
Tauhid (Mengakui Tuhan itu ada dan satu, yaitu Allah SWT), adalah hal
paling penting dan pertama-tama yang harus dipelajari oleh seorang
Muslim. Nabi Muhammad SAW selama 13 tahun masa-masa pertama kenabiannya,
gigih menyampaikan ajaran Tauhid kepada orang-orang kafir Quraisy,
begitu pula setelahnya, banyak orang yang terlalu fokus pada masalah fikih, tasauf, dan
lain-lain, tapi kurang mengkaji masalah Tauhid. Padahal Tauhid ini
adalah dasar dari agama Islam. Akibatnya, aqidah ummat Islam jadi lemah.
Betapa banyak orang yang sholat, tapi tetap korupsi, betapa banyak
orang yang haji tapi tetap berzinah, dan bahkan ada muslimah yang
berjilbab, akhirnya nikah dengan orang kafir dan menjadi kafir pula.
Banyak orang yang murtad karena kurang beres Tauhid-nya. Itulah jika
kita terlalu sibuk pada hal sekunder, sehingga lupa pada hal yang
primer: Tauhid!